Wednesday, October 24, 2007

Loyalty

Hari ini aku beserta anak buahku keluar kota untuk membuat strategi tahun depan. Lokasi luar kota dan suasana yang berbeda memang efektif, diskusi lebih cepat "panas" dan juga lebih produktif dibandingkan dengan di kantor. Well, mungkin karena pikiran tidak tertutup dengan hal-hal operasional. Plus di dukung suasana yang lebih relaks mungkin ya.

Satu anak buahku kebetulan baru saja istrinya melahirkan anak pertama-nya. Aku cukup memaklumi bahwa meninggalkan anak istrinya di rumah bukanlah hal yang mudah. Plus dia kebetulan belum memperoleh suster yang bisa membantu istrinya, walau orang tuanya tinggal satu rumah. Aku belajar satu hal yang namany loyalty kepada pekerjaan darinya kali ini. Bahwa above all pekerjaan memang ada waktunya dan keluarga juga ada waktunya sendiri. Kemampuan seorang leader yang baik adalah salah satunya menentukan kapan saat yang tepat. Kapan keluarga menjadi hal yang penting, dan kapan pula pekerjaan menjadi hal yang lebih di dahulukan.

Ada hal lain yang aku pelajari, bahwa memang benar karakter dan kebiasaan seseorang dalam bekerja, demikian pula etosnya akan sangat dipengaruhi lingkungannya. Apabila orang yang sama di letakkan di lingkungan yang tidak memiliki etos kerja tinggi dan semangat loyalitas kepada pekerjaan yang tinggi, maka niscaya kita sulit mengharapkan dia berperilaku seperti diatas. So peranan kita sebagai leader adalah salah satunya memberikan contoh bahwa loyalitas itu perlu, dan etos kerja harus dijunjung. Contoh dan bukan teori yang akan mengajarkan kepada mereka bagaimana kerja harus dijalani. Bukan pula training dan celotehan panjang yang akan mengubah sikap mereka dalam bekerja, tapi contoh nyata dan ajakan hangat kepada mereka. Kebanggaan yang ditumbuhkan setiap mereka melakukan hal yang benar juga seharusnyalah dipupuk dari waktu ke waktu. Kebanggaan bahwa mereka bisa berbeda dibandingkan yang lain dalam artian positif. Kebanggaan bahwa mereka bisa menjadi panutan dan contoh bagi yang lain.

Happy working...dan selamat jadi leader yang lebih baik lagi esok hari. G'nite....

Friday, October 19, 2007

Problems

These couple days there are something that bothers my mind. The problem
is I cannot talk about it since it's still confidential. I just want to
share with you that sometimes your boss has a huge amount of problems
and things to think about. So whenever you see him/her with a troubled
face, just understand him/her. I believe that if he/she could share it
with you then he/she will. But if they don't talk, then it means that
they couldn't talk about it, yet. So just understand them, understand
that they have their problems.

Peace......

Thursday, October 18, 2007

IT Risk Management

I bought a book couple days ago "IT Risk - turning business threat into
competitive advantage". Mainly it talks about how to manage IT Risk /
Risk Management on IT based on extensive survey-interview-research
performs by some of the professors in MIT. Interesting book, although a
little bit too technical and theoritical. Some of the interesting point
of view is regarding the classification on users needs (the term on this
books is 4A Framework) :

1. Availability - how to keep the systems (and their business processes)
running, and recover from interruptions.

2. Access - ensure appropriate access to data and systems so that the
right people have the access they need and the wrong people don't.

3. Accuracy - provide correct, timely and complete information that
meets the requirements of management, staff, customers, suppliers and
regulators.

4. Agility - possess the capability to change with managed cost and
speed

Interesting classification, although it's quite common but it give us a
framework to think. The book said that one among the 4 aspect must be
more important to your business compare to the other. For example for
banking perhaps accuracy is the first priority. This priority will give
you the focus required to managed the risk. Since if you want to managed
all together then your system will be too complex. Too complex that it's
really required - and complexity bring errors. Errors bring another
errors, and it will never stop until your company stop. Complexity also
bring cost, more complexity then you're required then more money then
you actually have to spend.

From this framework this book elaborate more about how we managed the
risk. If you want to know more, just read the book. George Westerman &
Richard Hunter is the writer, and Harvard Business Press is the
publisher. Have a nice reading then.....

Wednesday, October 17, 2007

Bird


Canon 350D - EF 70-200mm f2.8 L IS + TC 1.4X @ 270mm
Apperture priority - f4.0 - 1/400 sec
Pattern Metering - ISO 400 - EV 0
TMII, Jakarta, Indonesia

Thursday, October 11, 2007

Sehari menjelang libur lebaran

Sehari menjelang libur lebaran jalanan sepi,
Sehari menjelang libur lebaran kantor kosong,

Sehari menjelang libur ini semua happy,
Sehari menjelang libur ini para muslim mengosongkan diri, bersiap menghadapi hari suci,

Libur panjang saat menenangkan hati,
Libur panjang saat kerja bakti juga (karena pembantu pada pulang),
Libur panjang saat relaksasi,
Libur panjang saat bertemu sanak famili,

- busyet kantor ku sudah lumayan kosong, hanya beberapa bangku yang terisi dengan rekan - rekan yang tidak merayakan lebaran (so males kali ya nambah cutinya), atau yang merayakan & udah kehabisan cuti (hahahaha, makanya jangan diabisin di awal taon dong). Hari ini nampaknya bakal menjadi hari yang kurang produktif, but well let's see what we can do best !!! Have a nice day and have a pleasant long holidays -

Wednesday, October 10, 2007

From old time


Canon 350D - EF-S 17-55mm f2.8 @ 55mm
Apperture priority - f5.6 - 1/1000 sec
Metering Matrix - EV -1/3 - ISO 200
Sentul Selatan, Jawa Barat, Indonesia
Pas lagi hunting pagi kebetulan melihat dari jauh ada truk kuno mau lewat.
Set posisi dan komposisi, tunggu dia lewat dan jepret. Cuman ada 1 momen.
Setelah itu di PS di edit lagi untuk menimbulkan nuansa kunonya.
Diantaranya dengan menguatkan warna kuning dari matahari pagi yang sudah ada.

Surprise

Early this morning one of my staff come to me and tell me about how his family react yesterday. Well, yesterday we give them a KFC package - a bowl with 7 pcs of crispy fried chicken for "buka puasa" with their family. A very small gift, small reward. But something that surprise them since it also cover their whole family.

The happiness in his face is a proof that element of surprise is still an important thing in the process of rewarding employees. No matter how big the reward is if it doesn't have the element of surprise then it will make the meaning even smaller. How do we make surprise ?
  • Do something unusual. There is always something that beyond any custom (even company custom), or even break small fraction of company rules. Flexibility and spontaneous action are the key of surprise.
  • Do something irregular. Don't make surprise become a tradition, in any given parameters. Don't scheduled the time to give the surprise, or the amount of the surprise, or even worse the type of the surprise. Always do something different, always do something unexpected.
  • Make it a secret, surprise is not a surprise if it isn't kept as a secret. Just give them a clue, just to make them wondering and rise their curiosity.
  • Make it special, there is always something that make a suprises special. Let say : it only given to special person, it has a personal choice / preference in it, it only being given once in a lifetime - once in a lifetime experience? - or it is given by a special person. There is always something to make it special

So let's make a surprise since it's the spices of a reward. Have a nice day....

Tuesday, October 09, 2007

Casing buat CPU

Wah ini menarik nih, hari ini jadi moderator buat proyek inovasi anak buah ku. Kebetulan mereka mau memecahkan masalah CPU yang ada di ruang produksi. Masalahnya tuh karena ruang produksi kita itu sangat sangat sangat berdebu gula, so CPU dalam waktu singkat udah lengket lengket dalamnya, ya dalamnya = motherboard, processor, memory, dll.

So kita coba desain suatu casing untuk CPU itu. Setelah pembicaraan yang panjang dan penuh dengan ide timbul beberapa concern dan solusinya :
  1. Casing dibuat prototype nya dulu dari bahan yang bisa di re-use di pabrik. Wah ngirit tuh lumayan kan. Dibuat dari kayak papan tripleks gitu dalam ukuran sekitar 10-15 cm mengelilingi CPU.
  2. Nah supaya ada aliran udara maka dibuatlah lubang input dan output untuk air flow. Nah berhubung suhu CPU sangat bergantung pada airflow ini maka perhitungannya harus pas nih. Tapi berhubung kita punya keterbatasan resource untuk melakukan riset, so kita pakai asumsi. Asumsi yang kita gunakan adalah luasan lubang input / output harus minimal 2 kali lipat dari yang ada di CPU. So let say CPU biasa memiliki daerah input 100 cm2 maka di casing ini paling tidak harus ada lubang sebesar 200 cm2. Kenapa? Karena kita akan menggunakan filter yang notabene akan mengurangi airflow.
  3. Nah supaya debu gula tidak masuk ke dalam casing ini (yang berarti tidak menyelesaikan masalah) maka digunakanlah filter. Ide awalnya untuk filter ini macem - macem. Dari sekedar kain, kain kasa, kain kasa basah, kapas, dll. Tapi kayaknya kita mau coba pakai ide dari filter air yang berlapis. So kita susun tuh filter dari kasa nyamuk-kain kasa berlapis-kasa nyamuk-kain kasa berlapis-kasa nyamuk lagi. Nah filter ini kita bikin removable, so kapan aja kotor bisa di cuci, jemur dan gunakan kembali. Praktis hehehe
  4. Kalau untuk output airflow nya kita gunakan kipas dengan putaran RPM yang tinggi - lebih tinggi dari putaran RPM kipas yang ada di CPU. So let say putaran RPM di CPU itu 200 rpm, maka untuk casing ini digunakan asumsi 2 kali lipatnya, misalnya 400 RPM. Hehe jangan tanya kenapa asumsinya 2 kali ya, nah yang itu yang harusnya via riset. Tapi gak ada waktu dan resource. So pakai asumsi dulu deh, trial aja.

Anak buah ku pada senang sekali nampaknya dengan proyek ini. Well kasusnya menarik dan solusinya bisa dikerjakan, so nampaknya akan terus menjadi proyek yang menarik nih....tetap semangat !!!!

Protection


Canon 350D - Ef-S 17-55 f2.8 IS @ 55mm
Apperture Priority - f5.6 - 1/100 sec - ISO 200
Metering Matrix - EV -2/3
Sentul, Jawa Barat, Indonesia

Foto ini hasil hunting pagi2 di daerah Sentul.
Konsep yang ingin ditekankan adalah proteksi dari ayah si anak sapi kepada anaknya.
So, perlu nunggu beberapa saat sampai dapat komposisi begini.
Sayangnya memang background tidak terlalu mendukung pada saat momen ini terjadi.
Jadi gue crop dikit di beberapa area, supaya komposisi nya makin kuat aja.

Photography Club

One of my friend started a photography club in my office. Well, it's a plan that I want to do couple months ago, but I just don't have time to do it. So it's great to have it now. Everybody seems really excited to hear about this plan, well at least the way I see it they're quite excited. I'm being mandated to be the tutor. I'm not sure that I have the capabilities, hohoho. I learn by myself and it's really in the early stage of my learning process. But at least I will try to share what I know. One of my friend (whose been in photography even longer) will help in the process.

Great !! I'm so excited with this new club, hopefully is running well.

Thursday, October 04, 2007

Classic picture ?


Canon 350D / EF-S 17-55mm f2.8 @ 48mm
f11 - 1/100 sec - ISO800
Pattern Metering - Apperture Priority - EV +0.7
Saat melihatnya aku merasakan komposisinya klasik sekali. So lebih bagus memang diambil dengan cara Black&White, aku ambil dulu dengan color mode. Dengan menggunakan PS aku tambahkan filter merah dan mengubahnya menjadi BW. Tujuannya adalah memperkuat aksen kolom2 rerumputan yang ada.

Belajar motret #3

Hehe, baru sempet lagi buat nulis-nulis mengenai motret....

Sebelumnya kan sudah kita coba efek dari shutter speed. Shutter speed umumnya digunakan saat kita ingin mengatur kecepatan "berkedip - seperti pada mata" dari kamera. Makin lama dia berkedip (shutter speed makin slow / lama) maka makin banyak "gambar" yang masuk ke dalam kamera. So pada kasus air terjun misalnya maka efeknya adalah air menjadi halus seperti kapas. Inilah efek slow shutter.

Selain mengatur shutter speed, maka kita juga dapat mengatur apperture. Bayangkan apperture seperti layaknya besarnya pipa yang kita gunakan dalam mengalirkan air ke ember. Sedangkan shutter speed adalah lama waktu kita membuka keran air tersebut. Apperture yang besar (artinya lubang pipa makin besar) ditandai dengan angka f yang makin kecil. So f2.8 dengan f5.6 ukuran besar pipanya lebih besar f2.8.

Kalau kita ingin menggunakan efek apperture (yang akan aku jelaskan efeknya nanti) maka kita memilih mode Av, atau apperture priority, pada kamera kita. Mode Av memungkinkan kita mengatur apperture dan membiarkan kamera mengatur shutter speed yang dibutuhkan secara otomatis.

Nah, sekarang kapan kita menggunakan apperture f2.8 atau f5.6 atau f8 ? Untuk itu sebelumnya kita harus mengerti dulu yang dimaksud dengan istilah ruang tajam (depth of field / dof). Dof mengacu pada area pada foto kita yang tajam / fokus. Apabila dof nya sangat sempit maka hanya ada sebagian kecil dari foto kita yang tajam, sedangkan sisanya blur. Kebalikannya apabila dof nya lebar maka hampir semua foto kita tajam/ fokus.

Pada kamera pocket yang cenderung memiliki sensor yang kecil maka efek apperture agak sulit dilihat. So kalau kita gunakan f2.8 atau f8 misalnya, kayaknya hasilnya akan sama saja. Tidak terlihat berbeda, semuanya terlihat tajam - dof nya cenderung selalu lebar. Well, kamera pocket memang di desain supaya menghasilkan foto yang tajam bukan?

Tapi pada kamera DSLR yang memiliki sensor lebih besar maka efek dof yang sempit dapat muncul. Apalagi jika ditambahkan lensa yang sifatnya tele (jarak jauh). Efek dof sempit ini bisa dilihat pada contoh foto dibawah ini :

Terlihat pada gambar diatas background fotonya blur semua. Yang tajam / fokus hanyalah burungnya saja. Ini contoh yang dof nya sempit. Biasanya digunakan untuk membuat perhatian dari orang yang melihat foto langsung ke obyek tertentu yang ingin ditonjolkan. Pada contoh gambar diatas, bayangkan apabila rerumputan di belakang burung masih terlihat jelas akan sangat mengganggu. Seperti pada contoh dibawah ini :
Pada contoh ini saat kita melihat si kucing mata kita terganggu oleh pohon dan semak-semak yang ada dibelakang. Fotonya menjadi kurang kuat dari segi komposisi.
Dof lebar (so pakai apperture yang sempit, misalnya f8 atau f11) umumnya digunakan untuk memotret pemandangan / landscape. Pada pemotretan landscape kita ingin agar seluruh foto kita tajam, tidak ada yang blur. Karena kurang mantap rasanya melihat foto pemandangan alam yang salah satu gunungnya blur bukan? Bisa dilihat di foto-foto ku yang bertema landscape aku hampir selalu menggunakan f5.6 keatas.
Ok, so patokannya bagaimana? Kalau mau blur backgroundnya - biasa untuk pemotretan satwa dan model, maka gunakan f4 atau lebih lebar (misalnya f2.8 atau f1.8 atau bahkan f1.4) plus lensa yang medium - tele (50 - 200 mm) untuk mendapatkan efek dof sempit. Sedangkan untuk arsitektur atau pemandangan / landscape maka gunakan f5.6 keatas, ideal f8, dan lensa medium-wide (14 -35mm).
So, selamat mencoba ....

Ulundanu

Canon 350D - EF-S 17-55mm f2.8
Ulundanu, Bali, Indonesia

Wednesday, October 03, 2007

Shiva

Canon 350D - EF-S 17-55mm f2.8 IS
Thailand International Airport

Awesome Nikon Products

You heard about Nikon D3 and D300? The new DSLR from Nikon? Although I used Canon, I have to admit that this 2 products is really a masterpiece. Great features with reasonable price (unlike Canon 1D Series....crazy pricing).

I also have to admit that Nikon D200 is more ergonomics compare to Canon products such as 30D, 40D or even 5D. It has all the shortcut to make your photo setting much faster. I am pretty sure that this D300 and D3 will even goes better. Just like many senior photograpers said, it's not the camera that define the result, it's the man behind the gun. But surely a more ergonomics devices will led to a better chance to get a great pictures.

Check their review at :
http://www.dpreview.com/previews/nikond3/
http://www.dpreview.com/previews/nikond300/

Complex Business & Complex IT

I get a really nice articles regarding IT-Business correlation. How the complexity of each area add complexity to the other area, and finally could stop you from doing business.

Check this out : http://www.cio.com/article/126350/Complex_IT_Will_Kill_Your_Business

Have a nice reading.

Fresh start

This couple days I feel really good every morning when I start working. Previously I thought that i didn't feel good because lack of exercises. But now I know that exercise is not everything. One thing that you need to start fresh everyday is a good night sleep. I start sleeping early couple weeks ago due to my health problem. I go to sleep at 10 pm and wake up next morning at 6 am. This 8 hours sleep is really help a lot you know. You have the energy for the whole day, you could escape from traffic jam (because you get up early)....great. So start sleep well now...have a nice Wednesday!!!

Monday, October 01, 2007

What's happiness?

Apa itu kebahagiaan? Pertanyaan ini muncul di salah satu diskusi ku dengan boss-ku. Dia merasa kurang "sreg" karena ada beberapa orang muda yang lebih mementingkan hal materi dalam definisi kebahagiaan ini. Ada yang menjawab bahwa kebahagiaan adalah apabila kita memperoleh semua yang kita inginkan. Wah, jawaban yang begitu ambisius ya? Khas jawaban anak muda yang hidup dalam dunia yang serba modern dan hedonis.

Well, aku bukan generasi muda dan juga bukan generasi tua mungkin. So aku masih bisa memahami kedua sisi pandangan ini. Bagi orang yang lahir di jaman dahulu, dimana segala sesuatu serba susah, dan telah ditempa sekian tahun pengalaman hidup, mungkin jawabannya mengenai kebagahiaan sama dengan boss-ku itu. Jawaban yang membutuhkan waktu sekian lama untuk mencernanya. Kebahagiaan adalah saat dimana kita tidak lagi merasa membutuhkan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah seperti layaknya kupu kupu, If you hold it to tight then it will torn apart into million pieces. But if you're not looking for it then it will come to you beautifully. Wah berat mikirnya ya? Hahaha

So, bagiku, apa itu kebahagiaan? Beberapa tahun lalu ayah saya pernah memberikan nasehat "kamu diberikan berkat dan karunia oleh Tuhan agar kamu dapat memberi lebih banyak". Artinya, semakin kita memperoleh limpahan berkat (dan dalam hal ini kebahagiaan) maka makin wajiblah kita untuk berbagi kepada lebih banyak orang. Apalah artinya kita naik gaji kalau kita tidak bisa berbagi lebih banyak lagi pada semua orang yang membutuhkan? Apalah artinya memiliki semua yang kita inginkan apabila jiwa kita kerdil dan tak mau berbagi? Kenapa kita sulit berbagi? Karena kita itu manusia, yang cenderung tidak pernah merasa cukup. Selalu mendongak ke atas, selalu melihat apa yang kita belum punya dan berdalih.

Apabila kita sudah memiliki uang 1 juta maka kita bilang, wahhh belon saatnya nyumbang lah, ini aja kurang. Apabila memiliki 10 juta apakah jawabannya akan berbeda? Aku rasa tidak juga, jawaban dan dalih yang sama masih valid. Jawaban dan dalih yang sama juga sama validnya untuk 100, 1000, atau puluhan milyar. So apa bedanya? Memberi tidaklah harus menunggu waktu dan dana. Memberi hanya menunggu saat kita bisa bersyukur.

So, jawabanku untuk apakah happiness itu "adalah saat dimana kita bisa bersyukur". Kita bersyukur saat diberikan lebih, bersyukur saat diberikan kurang, bersyukur apabila kita berhasil maupun saat kita gagal. Bersyukur di setiap helaan nafas kita, atas hidup dan kesempatan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk berbagi dan berkarya.

Mungkin jawabanku tidak kalah diplomatisnya dengan jawaban para orang tua. Tapi memang demikianlah hidup, dan saat kamu mengenalnya kamu akan merasa rindu mengenalnya lebih dulu. Karena dengan mengenalnya maka hidupmu akan lebih berarti dan bahagia, dengan bersyukur.

Have a great Monday .............