Wednesday, October 18, 2006

Thought

Hari ini siang ketemuan dengan salah seorang rekan lama. Dia pindah ke perusahaan yang skalanya cukup besar. Kita sharing mengenai hal – hal yang mereka lakukan disana. Ada beberapa hal teknis yang memang langsung tertangkap, tapi pertanyaan yang timbul bagiku adalah apa sebenarnya yang lebih fundamental yang membuat mereka memiliki skala sebesar itu saat ini. Apakah masalahnya di waktu (lamanya perusahaan berdiri)? Apakah dari bidang bisnis-nya? Ataukah dari sistem yang dianut? Struktur organisasi? Believe mereka, dalam hal ini keberanian mengambil resiko? Ataukah dari sisi orang-orangnya yang sudah lebih banyak dan capable?

Well, tidak ada jawaban yang pasti. Tapi beberapa hal yang terlintas di kepala-ku adalah bahwa :

-          Pemilihan area bisnis sangat menentukan, di area bisnis dimana margin sangat tipis menjadi sangat sulit untuk suatu perusahaan bergerak

-          Visi sangat penting, jika yang dijadikan visi adalah ”kesempurnaan” dan ”kerapian” maka semua gerak perusahaan akan diarahkan kesana pula. Bisa jadi banyak sumber daya yang terbuang untuk membuat planning dan pemberesan yang kurang membawa value. Apabila yang jadi value adalah profit dan sales misalnya, maka bisa jadi ruangan yang bagus, prosedur yang rapi, sistem yang tertata, security yang keren, dll bukanlah prioritas. Tenaga dan sumber daya diarahakan untuk creating sales dan profit. So, visi sangatlah penting.

-          Risk averse, seringkali kita terhambat karena top management kita adalah tipe yang menghindari resiko, atau karena budaya perusahaan kita menjauhi resiko atau pendekatan yang radikal. Well, mungkin kita perlu lebih berani mengambil resiko, karena pada dasarnya resiko dan gain itu berbanding lurus. So semakin kita menghindari resiko maka akan makin jauhlah kita dari gain. Kalimat pembenaran diri ”kan resiko-nya harus manageable...” patut kita pertanyakan...apakah kita memunculkan kalimat tersebut dalam rangka menghindari resiko itu sendiri? Termasuk ketegasan kita terhadap orang – orang yang ”menggerogoti” perusahaan dengan performance yang buruk. Kalimat bahwa kita harus kekeluargaan memang sangat tepat di budaya indonesia yang kekeluargaan. Akan tetapi bukan berarti kita harus buta bukan?

-          Hemat...kalimat ini seringkali keluar dari mulut perusahaan skala kecil-menengah. Resource memang terbatas, itu fakta yang tak dapat ditolak. Tapi bukan hemat yang kita kejar, bukan, tapi value. Kalau kita tahu bahwa resource kita terbatas maka yang kita lakukan bukanlah berhemat...tapi spending yang menghasilkan value yang sebesar-besarnya. So apabila suatu spending itu nilainya besar ya mungkin tidaklah masalah, asalkan value yang kita dapatkan memang sesuai.

Ada banyak hal lain yang mendorong suatu perusahaan menjadi kurang maju. Tapi hal – hal diatas adalah hal fundamental yang menurutku penting paling tidak bagi perusahaanku.....

Thursday, August 24, 2006

Tuesday, August 15, 2006

Bad day....

Sial..gue BT banget neh sore ini. Masalah kecil tapi bikin gue bener2 BT….Well sudahlah, gue ceritain disini ntar malah berabe, gue ceritain lain kali aja. YANG JELAS GUE BT !!!!!!! *&*@*(#@!*(&@#(*&@()*Y*!W*(H!*(^#@

 

Monday, August 14, 2006

Tahta Untuk Sang Putri

Tahta Untuk Sang Putri

 

Seorang ayah, kebetulan pengusaha kaya multi-usaha, menghadapi soal

yang amat pelik. Siapakah yang harus dipilihnya menjadi President & CEO

menggantikan dirinya memimpin kerajaan bisnisnya yang sudah dibangun

susah payah lebih dari setengah abad?

 

Kini usianya sudah berkepala tujuh dan penyakit-penyakit tua sudah

mulai menggerogoti dirinya. Ia tahu sebentar lagi dirinya akan mengikuti

jejak nenek-moyangnya menuju lorong hidup manusia fana.

 

Anaknya tiga orang. Si sulung amat cerdas, meraih MSc. dan MBA luar

negeri, ia berselera canggih, senang glamour, ambisius, dan punya pergaulan

yang luas di kalangan jet set. Cuma si ayah cukup khawatir karena si sulung

ini punya bakat bercumbu dengan bahaya seperti (konon) keluarga Kennedy.

Naluri judinya gede, dan niat curangnya pun cukup kuat. Singkatnya, ia cerdas,

kreatif, namun lihai dan licin.

 

Si tengah, lebih hebat lagi. Bergelar PhD. bidang kimia dari

universitas beken di Amerika, ia lulus dengan predikat magna cum laude. Papernya

bertebaran di jurnal-jurnal internasional. Bangga sekali hati si ayah

yang cuma lulus SMP zaman Jepang. Dia dosen dan peneliti. Dan di perusahaan

ayahnya dia menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan. Tetapi

menjadi CEO, ia terlalu akademis.

 

Kurang cocok dengan bisnis mereka yang kini berspektrum sangat lebar.

 

Si bungsu, satu-satunya perempuan, cuma lulus S1 dalam negeri.

 

Meskipun sejak lima tahun terakhir ia bergabung dengan usaha ayahnya

sebagai Direktur Grup Konsumer, tetapi ia memulai karirnya di perusahaan asing

sebagai wiraniaga (marketing executive). Ia merangkak dari bawah hingga

15 tahun kemudian bisa mencapai posisi General Manager. Otaknya kalah

brilian dibanding kedua kakaknya.

 

Meskipun cenderung hemat berkata-kata, namun ia menunjukkan bakat

memimpin yang baik. Ia mampu mendengar dengan intens. Berbagai pendapat dan

gagasan bisa diolahnya dengan dalam.

 

Gaya hidupnya biasa saja. Ia disenangi sekaligus disegani orang karena

sikapnya yang fair, jujur, dan mampu merakyat dengan para bawahannya.

 

Nah, jika Anda adalah konsultan independen, siapakah pilih an Anda

menggantikan sang patriarch menjadi President & CEO?

 

Saya bertaruh, sebagian besar Anda akan menominasikan si bungsu.

 

Dan si ayah juga demikian. Masalah ini menjadi pelik, karena menurut

adat-istiadat, si sulunglah pewaris takhta. Dan, ia sangat berambisi untuk

itu.  Sedang si bungsu, selain paling buncit, perempuan lagi.

Jadi ia kalah status, gelar dan gender.

 

Bagaimana jalan keluarnya?

 

Konsultan angkat tangan.

 

Rujukan buku teks tidak ada. Sang patriarch akhirnya hanya bisa

mengandalkan wibawa dan hikmatnya sebagai ayah. Lalu dipanggilnya ketiga anaknya.

 

Dibentangkannya persoalan secara gamblang.

 

Diuraikannya plus-minus setiap anaknya. Dianalisisnya kemungkinan

sukses masing-masing memimpin grup usaha itu menuju milenium ketiga.

Dialog pun dimulai.

 

Dan si ayah segera maklum, dead lock akan terjadi.

 

"Sudahlah, aku akan memutuskan sendiri siapa penggantiku," kata

orangtua itu akhirnya. Ketiganya takzim menurut.

 

Seminggu kemudian, si ayah datang dengan sebuah ujian.

 

"Barangsiapa bisa mengisi ruang ini sepenuh-penuhnya, maka dialah

penggantiku," katanya sambil menunjuk ruang rapat yang cuma terisi

empat kursi dan sebuah meja bundar. "Budget maksimum Rp1 juta," tambahnya

lagi.

 

Kesempatan pertama jatuh pada si sulung. Enteng, pikirnya.

 

Besoknya, dipenuhinya ruangan itu dengan cacahan kertas

berkarung-karung. Dan memang ruangan itu menjadi padat.

 

"Bagus, besok giliranmu," kata si ayah kepada anak keduanya.

 

Duapuluh empat jam kemudian, ruangan itu pun dipenuhinya dengan butiran

styro- foam yang diperolehnya dengan menghancurkan bekas-bekas

packaging.

 

"Oke, besok giliranmu," kata sang patriarch menunjuk putrinya.

 

Esoknya, ketika acara inspeksi dimulai, ternyata ruangan masih kosong.

"Lho, kok kosong?" tanya ketiganya hampir serempak. Sang putri diam

saja. Dimatikannya saklar lampu. Dari sakunya dia keluarkan sebatang lilin.

Ditaruhnya di atas meja.

 

Lalu disulutnya dengan sebatang korek api.

 

"Lihat, ruangan ini penuh dengan terang. Silahkan dinilai, apakah ada

celahkosong tak tersinari," katanya kalem.

 

Tak terbantah siapa pun, dia dinyatakan menang dan sang putri pun

berhak menduduki kursi tertinggi. Problem solved.

 

Kualitas yang ditunjukkan sang ayah dan putrinya adalah apa yang saya

sebut sebagai hikmat. Ciri utama orang berhikmat (wise person) ialah

kemampuan memecahkan masalah secara genuine dan memuaskan. Ini selaras dengan

Jerry Pino yang merumuskan hikmat sebagai kemampuan membuat the best decision

at any given situation.

 

Pintar, di pihak lain, adalah kemampuan mencerna dan mengolah informasi

secara cepat. Ciri-cirinya, rasional, metodik, linier, dan analitik.

Kepintaran umumnya diperoleh dengan olah otak sampai botak.

 

Dari dulu botak memang ciri orang pintar.

 

Tetapi hikmat (wisdom) tidak hanya memerlukan olah otak tetapi terutama

olah hati. Jarang kita sadari, hati kita sebenarnya bisa berpikir. Dalam

tradisi literatur kuno, terutama kitab-kitab suci, hati adalah lokasi

kebijaksanaan, hikmat dan kepandaian. Lebih spesifik, hati adalah access point kita

kepada the higher knowledge, yakni kepada Tuhan sendiri. Dalam arti ini, orang

bijak selalu berkonotasi orang alim dan saleh.

 

Kini, ketika rasionalisme warisan Descartes dan Immanuel Kant menjadi

panglima, kebijaksanaan yang berasal dari hati (nurani atau suara hati)

cenderung dinomorduakan. Yang utama adalah kepala. Dunia politik,

bisnis dan kemasyarakatan kita kemudian didominasi oleh para pakar dan teknokrat

bergelar master, doktor, dan profesor.

Friday, August 11, 2006

Orang Beragama atau Orang Baik?

Orang Beragama atau Orang Baik?

 

Seorang lelaki berniat untuk menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah. Seorang nenek yang merasa iba melihat kehidupannya membantunya dengan membuatkan sebuah pondok kecil dan memberinya makan, sehingga lelaki itu dapat beribadah dengan tenang.

Setelah berjalan selama 20 tahun, si nenek ingin melihat kemajuan yang telah dicapai lelaki itu. Ia memutuskan untuk mengujinya dengan seorang wanita cantik. ''Masuklah ke dalam pondok,'' katanya kepada wanita itu, ''Peluklah ia dan katakan 'Apa yang akan kita lakukan sekarang'?''

Maka wanita itu pun masuk ke dalam pondok dan melakukan apa yang disarankan oleh si nenek. Lelaki itu menjadi sangat marah karena tindakan yang tak sopan itu. Ia mengambil sapu dan mengusir wanita itu keluar dari pondoknya.

Ketika wanita itu kembali dan melaporkan apa yang terjadi, si nenek menjadi marah. ''Percuma saya memberi makan orang itu selama 20 tahun,'' serunya. ''Ia tidak menunjukkan bahwa ia memahami kebutuhanmu, tidak bersedia untuk membantumu ke luar dari kesalahanmu. Ia tidak perlu menyerah pada nafsu, namun sekurang-kurangnya setelah sekian lama beribadah seharusnya ia memiliki rasa kasih pada sesama.''

Apa yang menarik dari cerita diatas? Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara taat beribadah dengan memiliki budi pekerti yang luhur. Taat beragama ternyata sama sekali tak menjamin perilaku seseorang.

Ada banyak contoh yang dapat kita kemukakan disini. Anda pasti sudah sering mendengar cerita mengenai guru mengaji yang suka memperkosa muridnya. Seorang kawan yang rajin shalat lima waktu baru-baru ini di PHK dari kantornya karena memalsukan dokumen. Seorang kawan yang berjilbab rapih ternyata suka berselingkuh. Kawan yang lain sangat rajin ikut pengajian tapi tak henti-hentinya menyakiti orang lain. Adapula kawan yang berkali-kali menunaikan haji dan umrah tetapi terus melakukan korupsi di kantornya.

Lantas dimana letak kesalahannya? Saya kira persoalan utamanya adalah pada kesalahan cara berpikir. Banyak orang yang memahami agama dalam pengertian ritual dan fiqih belaka. Dalam konsep mereka, beragama berarti melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan melagukan (bukannya membaca) Alquran. Padahal esensi beragama bukan disitu. Esensi beragama justru pada budi pekerti yang mulia.

Kedua, agama sering dipahami sebagai serangkaian peraturan dan larangan. Dengan demikian makna agama telah tereduksi sedemikian rupa menjadi kewajiban dan bukan kebutuhan. Agama diajarkan dengan pendekatan hukum (outside-in), bukannya dengan pendekatan kebutuhan dan komitmen (inside-out). Ini menjauhkan agama dari makna sebenarnya yaitu sebagai sebuah sebuah cara hidup (way of life), apalagi cara berpikir (way of thinking).

Agama seharusnya dipahami sebagai sebuah kebutuhan tertinggi manusia. Kita tidak beribadah karena surga dan neraka tetapi karena kita lapar secara rohani. Kita beribadah karena kita menginginkan kesejukan dan kenikmatan batin yang tiada taranya. Kita beribadah karena rindu untuk menyelami jiwa sejati kita dan merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian kita. Kita berbuat baik bukan karena takut tapi karena kita tak ingin melukai diri kita sendiri dengan perbuatan yang jahat.

Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya bersekolah di London dulu. Kali ini berkaitan dengan polisi. Berbeda dengan di Indonesia, bertemu dengan polisi disana akan membuat perasaan kita aman dan tenteram. Bahkan masyarakat Inggris memanggil polisi dengan panggilan kesayangan: Bobby.

Suatu ketika dompet saya yang berisi surat-surat penting dan sejumlah uang hilang. Kemungkinan tertinggal di dalam taksi. Ini tentu membuat saya agak panik, apalagi hal itu terjadi pada hari-hari pertama saya tinggal di London. Tapi setelah memblokir kartu kredit dan sebagainya, sayapun perlahan-lahan melupakan kejadian tersebut. Yang menarik, beberapa hari kemudian, keluarga saya di Jakarta menerima surat dari kepolisian London yang menyatakan bahwa saya dapat mengambil dompet tersebut di kantor kepolisian setempat.

Ketika datang kesana, saya dilayani dengan ramah. Polisi memberikan dompet yang ternyata isinya masih lengkap. Ia juga memberikan kuitansi resmi berisi biaya yang harus saya bayar sekitar 2,5 pound. Saking gembiranya, saya memberikan selembar uang 5 pound sambil mengatakan, ''Ambil saja kembalinya.'' Anehnya, si polisi hanya tersenyum dan memberikan uang kembalinya kepada saya seraya mengatakan bahwa itu bukan haknya. Sebelum saya pergi, ia bahkan meminta saya untuk mengecek dompet itu baik-baik seraya mengatakan bahwa kalau ada barang yang hilang ia bersedia membantu saya untuk menemukannya.

Hakekat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur. Karena itu orang yang ''beragama'' seharusnya juga menjadi orang yang baik. Itu semua ditunjukkan dengan integritas dan kejujuran yang tinggi serta kemauan untuk menolong dan melayani sesama manusia.

 

disadur dari Republika:

Kepemimpinan
Oleh: Arvan Pradiansyah, direktur pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM) & penulis buku Life is Beautiful

Sunday, August 06, 2006

Regret

One of my cousins contacted me couple days ago for a job. Well i ask for his academic transcript like usual. Kinda disappointed with his gpa though. It is quite small. So then i start thinking, aside from someone capability, do we always regret what we do in the past? I mean is it always late for a regret?
We are going to school and not study hard enough. What kinda mechanism that available to make us regret faster, faster enough to change the situations? I don't know the answer, may be someone around you? Your parent? But if we are the parent, then what is actually that we should do to make this regret doesn't come late? Not sure about the answer.

------
@Mobile

Tuesday, August 01, 2006

Quote

What really matters is not what happens to you or around you; what matters is how you respond and what you learn from it.

------
@Mobile

Laper :(

Aduh macet nih jalan, angkot serobot kanan kiri, motor kurang ajar, komplit lah perut laparku ini. Komplit pula bt gue gara2 urusan rumah. Well temen g pernah bilang jangan termakan suasana, ya aku rasa sih betul banget tapi gue rasa ya bt ya bt aja. Ya gak? Daripada di rasa rasa normal padahal bt abiz. Luapan perasaan kan baek buat jantung hahaha. Tapi emang yg namanya balance dan kesadaran diri juga penting bgt. Duhh macet knapa sehh iniii...laper :-(

------
@Mobile

Sunday, July 30, 2006

Finger pointing

Hi, i just went back from department gathering last night. A very enjoyable trip, it went very smooth and organized. I am proud to my staff who planned and execute the whole thing by themselves. It is nice to give our subordinates a responsibility, but surely we need to believe that they could do it. Without that belief then it would become an empty word of empowerment. Empowerment and control, a two word that must be balanced.
Ok now talking other stuff. We are talking about integrity last couple days. One of my college ask whether we dare to put our work and future for the sake of our integrity? Well this morning i read some sentences in the magazines that really are nice. It said 'true, i could have been fired, but jobs are easier to find than one's dignity once lost'
Nice sentence? Do you think this sentence is not making any sense? Well i tell you my opinion. I think this sentence although some people think too ideal, but it is true. Once you sell your soul to the devil then you shall never return. If you forgone your integrity then you shall never have them again. So starting now you better have your integrity with you all the time. Be responsible also to what you do or said or even think. Then you shall become a better person everyday.

------
@Mobile

Tuesday, July 18, 2006

Rumah lagi

Duh urusan rumah yg dijual itu beneran bikin g bt dah. Hari ini sodara gue sms dng nada marah koq rumahnya yg dijual belon dipasang spanduk jual. Lho aku bagaimana tahu sih? Itu rumah nun jauh disana juga gitu. Aduh koq lama2 makan ati ya? Nih minta tolong apa nyuruh2 ya? Bt gue.

------
@Mobile

Monday, July 17, 2006

Mati lampu

Wek mati lampu neh, busyet begitu tergantungnya kita ama listrik. Let c komputer, ac, pompa air, lampu, wuih banyak tuh. Itu pula sebabnya gue pindahin meeting gue dari kantor ke s*******s.
Haha kalo tetap di kantor ga bisa meeting, otaknya melting kali ya? Kasihan juga sih anak buah gue karna mereka ga bisa mindahin lokasi kerja kayak kita.
Well berapa tergantung hidupmu dng listrik? Sangat gue rasa ya?

------
@Mobile

Sunday, July 16, 2006

Motivate ur employee by playing game

One article that i read in book called the truth about managing people said that to motivate ur employee is to make them feel the flow. What is that?
Flow is described as a feeling of joy of doing something. Doing it no long period of time and losing track of time is some of the characteristics. Well it just like playing game for a gamer.
If a gamer play the game they love, they could spend a lot of time just to finish it. And when its done then they will feel an overwhelming feeling of happiness.
The same with job. You have to design a job that will give a sense of flow. How? The job must challenging, goal oriented, have a feedback process in place and using high level of skill. Why using high level of skill required? So that it feel important enough and challenging enough.
Managing job is sometime like choosing the right game for a gamer to play isn't?

------
@Mobile

Indonesia win physics olympics

Yea it is being said in newspaper that indonesia win. Probably even win as the ultimate champion since one of the student achieve highest score. Wow this country do actually has something right? So pity that in this glorious moment we still stuck in corruption and unresolved natural disaster.
I do happy since i love education and i once join selection test for physics olympics. Well i did not make it ha ha ha. But as i take a look behind i realize that God have a plan for me. If i succeed that day, perhaps i will become a scientist. Well not to say that scientist is a bad one. But as a scientist perhaps i cannot do what i do best now. Some of us do feel disappoint if failure come over. But see failure is not the problem. The problem is the way you face it. If you behave right then it shall be a beginning for your victory. But if you keep complaining then perhaps it is your doom.
I once tell my friend that if you believe in God then you shall never worry. He do know what is best for us. More then we know. So believe Him. Have a nice weekend and never stop believing and no excuse please :)

------
@Mobile

Jual rumah yuk

Sodara gua mau jual rumah di lippo cikarang. Dari kemarennya ga kejual juga. Malam ini ngajakin gue ngobrol baiknya bagaimana. Ya gue sih ok aja bantuinnya,tapi yg bikin sebel sepupunya yg notabene harusnya lebih punya peranan malah nyantai aja. Dan gak mau terlibat malah. Lho gue jadi bingung,ini yg mau jual rumah gue apa mereka. Taukh deh haha, gue sih bantuin sebisanya aja lah. Ga dibantuin kasihan,tapi dibantuin banyak2 ntar nglunjak juga kali ya. Alias jadi ga mau usaha juga. Yah let it be aja deh. Good nite...

------
@Mobile

Saturday, July 15, 2006

No excuse

Just see opprah show. One of the topics is no excuse. It tell a story of a young man that has physical disability since he was born. His parent never threat him differently,so did his sibling. He do everything just like a normal kids does. He try american football and finally wrestling. After being defeated 35 times he finally master it. You can imagine a boy without any legs nor hand becoming a wrestler. He can even type 50 words a minutes. He write a book called no excuses. If we ever feel desperate with our problem and we want to scream for an excuse, then we must remember this guy. No excuses man!

------
@Mobile

Friday, July 14, 2006

Boring

I am in the middle of the class. Boring atmosphere is rising here, some of my frien already falling a sleep previously. The teacher ask us to do some exercise, but it seem no body do it :-) my friend chubby next to me keep complaining that she feel so sleepy ha ha ha what a boring class

------
@Mobile

Thursday, July 13, 2006

The maximum value of a man

Beberapa diskusi hari ini timbul pertanyaan sebenarnya seberapa jauh seorang manusia bisa mengembangkan dirinya. Menurut penelitian otak manusia bisa dikatakan unlimited. Some say that even you dead your brain capacity is not yet near full. But well we know that some people feel that their reach their ultimate capacity. They feel that even they learn more still they cannot errand their knowledges. What do you think? Do you think people do have limitations?

Indonesia dan olimpiade matematika

Well well…

Do you know what I found out in newspaper this morning…Ada headline yang menuliskan “Indonesia gagal menuju olimpiade matematika, Depdiknas (red:Departemen Pendidikan Nasional) diminta bertanggung jawab”. Wah gue pikir…apa hubungannya antara depdiknas dan kegagalan ini, bukannya mereka gagal ya biasa aja dong. Ternyata….mereka gagal bukan karena gagal bertanding, tapi gagal berangkat dalam arti yang sesungguhnya karena Depdiknas telat mengurus Visa mereka.

Wadoww.....parah banget ya ini negara? Udah banyak bencana alam, manusia juga berlomba lomba bikin bencana. Kita ikutan melakukan gak ya? Ayo kerja kerja…..

Wednesday, July 12, 2006

Conceptual thinking

One of my friend ask today how to improve her conceptual thinking. I said that she can start by synthesizing. This done by look at daily activities,thinking what is the reason of people doing something. Finally put those principal that found on that case to what you do. Slowly but sure you will develop your conceptual thinking. What do you think?

Mobile blogging

This is my first trial on using my cellular phone to send a blog message

Tuesday, May 23, 2006

Changes

Do you know where is the hardest part of a changes? Most of the people think the hardest part is at the beginning. So they put a lot of their effort preparing the training, material, system, etc. They deliver all of that….and then praying that change will occur by themselves.

Well, in my opinion and in my experience…that will never happen. Change is a difficult processes, so you need to maintain it for quite a long time. For example, we want to change the behaviour of the people who are using a certain software. Ussually what we did is creating a plan, preparing training material, deliver the training and then done…expecting that everything will change. Well that is not what happen right? Nothing is change after you deliver training, yea for 3-6 months there are some changes, but after that it going back to the old way.

After you deliver the training you need to keep reminding the users, you need to put pressure & rewards, you need to have a champion who is continuously doing the right thing and attract others to join him doing the right thing.

Change management is never a one phase process……..learn from it.

Friday, April 28, 2006

IT Human Resources

META Group mengatakan bahwa akan terjadi shortage untuk tenaga kerja IT dalam 3 tahun kedepan mengingat kebutuhan akan IT yang tinggi (di Indonesia apakah demikian juga ya? Mengingat banyak sekali orang IT di Indonesia. Hem, memang kalau bicara mengenai skill ini lain lagi sih). Dengan demikian akan memberikan sentimen positif sebesar 15% di standard gaji IT. Dengan demikian kita penting memperhatikan anak buah kita dalam hal :

  • Training – memberikan mereka pisau bermata dua, jika mereka makin cerdas dan memiliki skill maka “nilai” mereka cenderung naik. Sehingga 2 komponen lain dibawah ini menjadi semakin sulit?? Akan tetapi tanpa inipun mereka menjadi demoralized. So?
  • Moral – adalah penting untuk menjaga perasaan mereka dan loyalitas mereka terhadap perusahaan. Penting agar mereka tidak berpindah ke perusahaan lain, apalagi kompetitor, apalagi perusahaan dengan standard gaji yang sama dan job desc yang sama – dikarenakan ketidakpuasan batiniah? – seperti di DELL ?
  • Kompensasi – komponen yang sulit dibahas ya...hehehe

 

Thursday, April 27, 2006

Picture picture



My baby....

I will have a baby J my wife is pregnant and it’s already 1 months and 20 days (approximately) yippy…..

For shared unit

As you are a shared unit then : “Never say no to a business unit, say yes with a price tag”

Education in Indonesia

Kemarin saja aku baru saja lihat bagaimana gedung – gedung sekolah di berbagai area di Indonesia rusak berat. Ada sebagian yang disebabkan oleh tua nya umur bangunan, ada yang diperparah oleh karena buruknya cuaca belakangan ini, dll. Sangat menyedihkan melihat bagaimana anak – anak kecil itu harus belajar di lingkungan yang lebih layak disebut sebagai “gudang bobrok” daripada sebuah sekolah. Sangat menyedihkan pula mengingat bahwa di dalam kondisi yang demikian kualitas pelajaran yang mereka dapatkan-pun belum tentu mencukupi.

Entah bagaimana nasib negara ini, dari tahun ke tahun nampaknya pendidikan hanyalah menjadi milik orang berduit (yang notabene masih mengeluh dengan biaya sekolah yang makin lama makin mahal). Sekolah hanya milik mereka yang tinggal di kota. Sekolah hanyalah mimpi….mimpi yang demikian sulit digapai oleh sebagian masyarakat kita.

Dan betapa menyedihkannya bahwa sebagian orang yang beruntung bisa sekolah tidak pula sekolah dengan baik. Ada yang karena memang tidak ada niatan belajar, ada yang karena sekolahnya sendiri tidak berkualitas akibat sistem pendidikan nasional yang menyedihkan ini. Salah satu anak buahku merasa frustasi karena dia memiliki 4 orang anak dan 4 kali pula dia harus membeli set buku yang berbeda. Karena tiap kali anaknya duduk di tingkat pendidikan yang sama dengan anaknya yang terdahulu dia tidak bisa menggunakan buku / materi yang lama, karena kurikulum sudah berganti.

Bila ada yang membaca blog saya ini...coba ulurkan tangan anda, sejauh yang anda bisa, sumbangkan pendapatan anda, sumbangkan buku anda, koran anda, dll pada orang yang membutuhkan. Demikian banyak LSM di negara ini yang berusaha membantu orang – orang yang ingin sekolah tapi tak bisa sekolah. Dan buat yang masih sekolah...syukurilah anda masih bisa sekolah J adios.....

Thursday, March 16, 2006

Expect what you give

Don’t expect your employees to convinced theirs for something if they are not convinced by themselves. Make them believe, then ask them to make their employees believe J

Thursday, February 02, 2006

What a job....

Well today is another day in my new role. It is really not easy to become a leader huh? Well you know a little more, you have your own concern, etc. But well down there not everybody knows that, at least they know but the concern perhaps doesn’t get them as they get me. Kinda confused? Yea, me either.

One of my friends complaining since she feels like the other don’t trust her business decisions. She said, well we are not a bunch of children, we know how to decide. It makes me think that perhaps sometimes we really have to let it go. You know, just like when you have children and one time they say that they like to make their own decision and ask for us to trust him. Are we going to trust his decision?

I think it depends on 2 things. One thing is we ready to let it go, we have the gut to do that. The other is that you know that this person could do it. It works both way right, so you cannot hope it will come one way. What a life .. What a life..

Monday, January 16, 2006

Bless to give more....

I’m married at last J. Some experience huh? Well there are so many story behind my wedding day, but that’s not the purpose of this blogs anyway, so I’ll write it somewhere else hahaha. As a sneakpeak, married is a wonderful experience, once in a lifetime experience.

Ok, couple days ago I receive a very good news, I’m being promoted J. I know that this also mean a bunch of new jobs, new responsibility and problems. But I also think that this is a new challenge for me, I like it and I shall do my best. But my story is about something that I shall remember for the whole my life, it is my dad’s sentence when he hear about my promotion. He said “Thanks God for all that He gave you, pray dan thanks Him. You are being blessed by Him to give more to the other”

That’s one of the most wise sentences that I ever received. I know it’s right, and I know that’s also my job. It’s also everybody jobs you know, being blessed means that you need to give more to even more people. This not always mean that you need to spend more money for other (eventhough it’s a good thing to do J). You could spend more attention, you could do more for your employees, you could spend more quality time with your loving one and friends, you could also do more for them that don’t have that much lucky. Believe me that there are so many thing that you could do, and do not ever feel that do something will make you poor, make you don’t have time, make you too busy, etc. It will only make you even rich, make you even have more time, more friends, more … to give more again.

God do need you as His hands in this world, so for a moment just relax and take a look around you, who could you help? How could you do more from bless that you received from Him?

Adios…and have a good day, remember…bless to give even more