Tuesday, September 30, 2008
Winner of HP Challenge
Fortunately one of my pictures won the contest (I get HP printer for this hehe). Below is the winner picture :
Since I'm not familiar with Nikon body + time is so limited to study it + it's a very low light condition = the picture is not perfect :)
Laskar Pelangi - The Movie
Aku baru saja menonton film Laskar Pelangi kemarin sore. Rencananya Sabtu sebenarnya, tapi ngurusin rumah kesana kemari alhasil ga jadi. So, dibulatkan tekadnya untuk nonton di Blitz Mall of Indonesia kemaren sore. Sendirian karena udah banyak yang cuti lebaran, tapi ga papa ‘secara’ gue kan introvert, so jalan terus kalau ada maunya.
About the Movie
Sejak membaca bukunya aku sudah terpikat dengan kisah Laskar Pelangi ini. Bagiku pendidikan adalah salah satu passion-ku. Mungkin karena aku sendiri sangat suka belajar dan sekolah sebenarnya. Mungkin juga karena aku prihatin dengan kondisi pendidikan di Indonesia. So, membaca kisah laskar pelangi bak menemukan perenungan bagiku. Aku suka sekali dengan tokoh Lintang, tokoh favoritku. Sedih rasanya melihat anak secerdas itu terpinggirkan oleh system sosial dan kemiskinan yang ada. What a waste. Andai aku disana saat itu ingin rasanya menyekolahkan Lintang dengan benar.
Film ini sendiri durasinya cukup panjang, hampir 2,5 jam rasanya. Film ini terasa sangat lengkap. Sinematografinya bagus, gambarnya indah, anglenya bagus, emosinya dapat. Lengkap dengan tawa dan tangisan. Benar – benar film yang sangat bagus menurutku, sama indahnya dengan film serupa tentang anak Irian (lupa judul film-nya). Sepanjang film ini beberapa kali aku tertawa ngakak karena ulah si Ikal, Lintang, Mahar dan teman – temannya. Very entertaining. Tapi di beberapa bagian film aku juga hampir menangis melihat adegan-adegan dimana pendidikan diperjuangkan dan kandas. Pesan moral yang disampaikan juga sangat lengkap dan berbobot. So singkat kata film ini luar biasa.
Ada banyak hal yang aku pelajari dalam film ini. Salah satu yang masih terngiang di telingaku adalah ungkapan dari guru Laskar Pelangi (Pak Arfan gitu namanya? Pikun deh kalau soal nama). Dia bilang begini waktu mengajar anak-anak itu “Hiduplah dengan berusaha memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyaknya”. Betapa dalam kehidupan kita dalam banyak kesempatan kita lebih memikirkan bagaimana mendapatkan lebih banyak. Betapa banyak waktu hidup kita (termasuk aku) yang dihabiskan untuk memikirkan saya dapat apa ya. Betapa sia sia-nya hidup kita kalau kita pikirkan kembali. Ini selaras dengan apa yang ayahku pernah pesankan “Kamu diberi banyak agar kamu dapat memberi lebih banyak lagi”. Hidup dengan member, pesan moral pertama.
Pesan moral yang kedua juga datang dari guru Laskar Pelangi – Pak Arfan. “Jangan pernah menyerah”. Melihat semangat dan perjuangan anak-anak Laskar Pelangi terasa motivasi dan dorongan batin yang luar biasa. Aku terharu melihat mereka memperjuangkan kelangsungan sekolah mereka saat Pak Arfan meninggal. Aku tersentuh saat mereka dengan semangat luar biasa terus belajar dan sekolah walau tidak ada guru yang datang. Demikianlah seharusnya mental anak – anak bangsa ini terhadap pendidikan. Terharu rasanya melihat semangat mereka, ingin rasanya menularkan semua perasaan ini ke lebih banyak orang.
Pesan moral ketiga, hidup ini tidak adil apabila kita merasakannya sebagai tidak adil. Lihat Lintang, apakah ada yang merasa hidup lebih tidak adil dibandingkan dia? Bayangkan anak yang sangat cerdas, sangat berdedikasi terhadap pendidikan, harus putus sekolah (mending kalau putus SMP, SMA atau kuliah – ini putus SD). Tidak hanya putus sekolah, dia kehilangan ayahnya (dan ibunya), hidup yatim piatu dan harus menyokong hidup ketiga adiknya. Anak sekecil itu harus bergulat dengan sulitnya mencari nafkah. Aku sendiri miris melihatnya. Ingin rasanya membantunya sekolah lagi, dst. Tapi di dalam segala kesulitan itu apa yang Lintang kecil lakukan? Tegar, tidak menyerah, tidak pernah menyerah. Semangatnya untuk belajar ia lanjutkan ke anaknya, dia boleh putus sekolah tapi anaknya tidak. Hidup terasa tidak adil, hidup terasa menyedihkan hanya apabila kita terus melihat ke atas. Hanya apabila kita tidak mensyukuri apa yang kita sudah miliki.
Banyak lagi pesan moral dan ilmu yang aku dapat dari menonton film ini. Aku ingin semangat belajar mereka menginsipirasi banyak orang. Aku ingin berbagi lebih banyak lagi dalam hal pendidikan buat kaum marginal. Semoga kelak keinginanku untuk berbagi ini dibukakan jalan.
Pesan terakhir : baca bukunya, tonton filmnya, sebarkan pesan bahwa semua lapisan di masyarakat kita sudah layaknya tidak termarginalkan dan memperoleh pendidikan yang layak. Apalagi untuk mereka yang memiliki keinginan belajar sedemikian kuatnya.
Saturday, August 09, 2008
Ladies event
Well my wife said that i am the one that will ask a lot of questions. So she ask me to come. I'm actually don't mind much if I'm the only guy in the classroom, since i like to know what's my little baby first meal will be. Hehe, i just wonder that a lot of husband that really don't care about that kinda things. Well people are different are they?
Sigh, I just getting really bored waiting for this event to start. It's already half an hour I supposed. Bwehhhhhhhhh.....really waste of time
@MotoQ9
Monday, July 21, 2008
A spirit of a woman
Thursday, July 17, 2008
Easier...not the right thing
Cloud
Sunday, July 13, 2008
Walahar
Saturday, May 10, 2008
Maturity
Ulasan yg sangat menarik bagi saya, dan quote yg juga sangat mengena. Sebagai seorang leader dan manager seringkali kita terjebak dengan 'kepandaian' kita sendiri. Kepandaian kita itulah yg membuat kita arogan untuk menolak bahwa kita salah. Kepandaian yg sama pula yg membuat kita merasa 'bahagia' melihat bahwa kita benar dan yg lain salah. Kepandaian kadang menyesatkan kita dan membuat kita lebih immature.
Saya memiliki pengalaman dengan rekan kerja yg smart dan juga kreatif. Rekan sekerjanya mengakui bahwa dia memiliki kemampuan untuk menjadi seorang manajer yg handal. Akan tetapi terlepas dari segala kelebihannya hampir semua komentar dari rekan sekerja dan bawahannya sama, dia kurang dewasa. Awalnya saya sendiri bingung bagaimana mendeskripsikan kurang dewasa itu. Apakah sikap yg moody merupakan tandanya? Atau toh itu hanya karakternya saja?
Seiring waktu berjalan rasanya saya menemukan jawabannya. Ya, seiring waktu berjalan dia makin bisa mengontrol emosinya, makin bisa mengerti harus bagaimana saat mood nya tidak baik. So dia juga terlihat menjadi 'sedikit' lebih dewasa.
Ada pula rekan lain yg relatif outspoken, malah kadang cenderung sinis saking outspoken-nya. Nampaknya kalau ini berkaitan dengan kemampuan untuk membangun dan menjaga hubungan interpersonal dengan rekan sekerja. Seringkali pekerjaannya menjadi terganggu atau harus menanggapi kritik dari orang lain karena hal ini. So pekerjaanpun jadi tidak efisien karena kurangnya kedewasaan.
Kedewasaan adalah cerminan dari EQ seseorang. So no wonder kedewasaan tidaklah berhubungan dengan IQ. Sesuai dengan premise bahwa EQ lebih menjadi faktor penentu kesuksesan seseorang dalam dia berkarir, maka kedewasaan juga menjadi faktor penentu.
Saya selalu lebih setuju dengan pernyataan bahwa umur bukanlah penentu seseorang lebih dewasa & berpengalaman. Keinginan kita untuk belajar dan berubah lebih menjadi faktor penentu. So my friends apakah kita mau belajar dan berubah untuk menjadi lebih dewasa agar lebih sukses?
@MotoQ9
Wednesday, February 13, 2008
Great boss
Another interesting tips dari Renee suhardono, dia bilang bahwa kita sering mengkritik boss maupun bawahan kita. Baik dari segi performance, attitude maupun komitmen. Sounds familiar ya, dan manusia memang lebih sulit melihat hal baik daripada hal buruk.
But you know what untuk jadi seorang boss yg baik kita salah satunya bisa belajar dari buku "from good to great" karya jim collins. Disini dikatakan bahwa pemimpin yg baik adalah yg mau melihat ke jendela. Ketika something great happens maka berkata "Saya beruntung memiliki tim yg baik". Tapi dikala something wrong happens maka berkata "This is my responsibilities".
Untuk menjadi great leader maka langkah awalnya adalah menjadi great individual. Artinya bagi saya menjadi orang yang alih alih melihat kaca dan terus melihat hal buruk dari orang lain menjadi orang yang melihat jendela. Orang yang punya kemampuan dan tanggung jawab tapi juga kesederhanaan hati dan kerendahan hati. Karena seorang individu yang hebat kelak suatu hari pasti kan menjadi leader yang hebat pula.
@MotoQ9h