Friday, September 07, 2007
Competitive Advantage dan Strategy
sendiri average, ada materi yang sangat menarik dan ada pula materi yang
jauh dari menarik (misalnya perusahaan yang jualan produk?). Tapi
diantara itu semua ada satu hal yang sangat menggugahku, mungkin kalau
aku share bisa membantu banyak orang
Ada satu CIO dari PTT Chemical (suatu perusahaan konglomerasi di bidang
kimia) share mengenai apa yang mereka lakukan untuk membuat information
technology mengubah business mereka. Well, apa yang mereka lakukan sih
kurang begitu menarik kalau menurutku, tapi contoh yang ia berikan
mengenai minimart "Seven Eleven" / 711 di Thailand-lah yang menarik.
Seperti yang kita ketahui bahwa 711 di Thailand sama halnya dengan 711
di Bali, mereka ada di mana mana dan mereka beroperasi 24 jam
menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-hari. So kalau kita
tanyakan, apa peranan IT dalam bisnis ini, maka jawaban yang paling
logis adalah : memastikan data penjualan dan ketersediaan barang ok
sepanjang waktu. Demikian pula dengan koneksi-nya dan sebagainya. Betul
ya?
Well, ternyata tidak demikian salah satu aktifitas yang dilakukan IT
dari 711. Yang mereka lakukan adalah mereka mendefinisikan competitive
advantage dari perusahaan mereka adalah distribusi mereka yang ada
dimana mana dan jam buka mereka yang 24 jam. So apa yang mereka lakukan
? Mereka memperbolehkan konsumen dengan kartu member 711 untuk
mengirimkan uang ke member lain. So let's say ada seseorang yang member,
dia pergi ke 711 terdekat, lalu dia sebutkan dia mau kirim uang ke
siapa, lalu serahkan uangnya ke kasir 711 tersebut. Di daerah lain,
beberapa kilometer jauhnya dari 711 tersebut penerimanya pergi ke 711
terdekat, menunjukkan kartu membernya dan mengambil uang disana. Wow,
tiba tiba 711 bukan lagi minimart, tapi bank kecil juga ya? Siapa bank
yang buka 24 jam? Hemmm sepertinya sulit mencarinya J
Ok, diluar argumen bahwa ATM bisa melakukan hal yang sama, coba kita
pikirkan mengapa IT mereka bisa berinovasi demikian? Menurut pendapatku
adalah : karena competitive advantage yang ingin digarap dan ditonjolkan
di definisikan secara crystal clear, secara sangat jelas. Mereka
mendefinisikan secara jelas "ini lho yang membuat kita berbeda dari
perusahaan lain, ini lho yang harus kita terus perkuat dan kembangkan -
karena inilah yang membuat kita survive, dan bukan yang lain". So apa
yang dilakukan oleh support unit? Dengan mudahnya mereka bisa
mendefinisikan apa strategi mereka. Dengan mudahnya mereka medefinisikan
apakah yang harus mereka korbankan.
Ok, let say kita ambil contoh apabila competitive advantage yang diambil
adalah flexibility. Kita bilang bahwa kecepatan mengambil keputusan,
eksekusi dan berubah mengikuti pasar adalah competitive advantage kita.
Apa yang akan dilakukan oleh Human Resource, IT dan let say General
Affair? Menurutku quite clear apa yang harus mereka lakukan dan apa yang
tidak perlu mereka lakukan. What do you think? Atau misalnya
purchasing...dengan competitive advantage yang ingin dikejar adalah
flexibility maka mereka tahu persis bagaimana negoasiasi, kontrak dan
sistem yang mereka butuhkan (termasuk sistem IT) untuk mempertahankan
dan meningkatkan competitive advantage dari company mereka.
So, kejelasan mengenai apa yang harus dikejar adalah sangat penting.
Dengan kejelasan inilah yang kita sebut dengan strategi baru benar benar
bermakna. Dengan kejelasan inilah yang namanya allignment dapat
berjalan. Dengan pemahaman yang sama mengenai apa yang menjadi
competitive advantage dari perusahaan inilah banyak departemen dan
Business Unit dalam perusahaan bisa saling berkolaborasi. So, what is
your competitive advantage my friend ?
Saturday, August 04, 2007
Under the starlight
Under the starlight we ask,
Under the starlight we admire,
Under the same starlight we just can't stop wondering
How on earth God create such a beautifull painting in the sky?
We shall never understand, since we're only human....
But something for sure....we know that He is God almighty.

Thursday, August 02, 2007
Tanah Lot - Bali - A different View
Just couple days ago I went back from Bali...
Photography hunting trip, together with 3 of my friends.
It's been a real fun, we laugh together, tell story, play...and of course take a picture
Not only a picture of a beautifull landscape that God created, but also our own pictures
Bali is truly a wonderful place,
It never run out place to watch and admire
It never lose a dreadfull scenery to be seen
I love Bali very much, and I'm going to spend more time later on to travel there
To watch every corner of this beautifull island
To see the wonder, the culture and the loving people that reside there
This is a picture of Tanah Lot in Bali
An astonishing place to be seen
Although taking this picture is not an easy task, since the "gigantic" mosquitos that keep bite my leg during the shoot
But it's all worth every second that I spend there
Worth every minutes as I watch the sun goes down and created the most beautifull sky I ever seen
This picture is only 1/10 of the beautiful scenery that God created that day
I'm just being lucky to be there and take a picture
God's hand that created this amazing picture, with the sky as His canvas....
Friday, July 13, 2007
Friday the 13th
Late in the afternoon I got a meeting with my staff. Old problem rise quickly, one of my staff just like it use to be started to act "childish" by saying that he do not want to do the job now. Why? Since he is very busy and currently got a training project that he need to handle. Well, me and other staff feel that everybody busy...it just how we show it off differently. Since the training is planned after the job then it's also un-professional to do so. Grrrrr...I am not angry, I just don't get it why he always wanted to be "the most".....the most busy, the most smart, the most watch, must get all the attention............come on...we are all working right? we all have our own problems to take care.
In the evening one of my other staff talk to me, discuss about how he feel. He feel that many other staff say that his job is so poor. He feel very depressed, he think that everything that he do is no good. I told him that everything that we do have their own consequences. All that matter is not doing it right according other people, but balance the consequences. We can do something very fast and very discipline with our sub-ordinate, that will take care "project delay" problem. But it will also rise another problem....it make distance with your sub-ordinates. Perhaps they will feel depressed. So, balance is the most important thing..........
Fiuhhhhh...........really hard day...but at least it's weekend. I will get sometime to get away and freshen up a bit..............so, happy weekend

Courtesy of :
Galen Rowell
Galen Rowell - my favorites photographer
Thursday, July 12, 2007
Try this...is fun hehe
which one are you?
Quite true, give it a try~
Try this to identify yourself as a right or left brain person:
1. Hold your hands together, as if you were praying.
Look at your hands. If you see
Left thumb is below the right thumb ---> left brain
Right thumb is below the left thumb ---> right brain
2. Fold your arms in front of you (as if you are angry)
Right arm above left arm ---> left brain
Left arm above right arm ---> right brain
Based on 1+2 (order important), below is the
interpretation of your personality:
Right-Left
==========
Considerate, traditional, indirect type
can instantly read other's emotion, and respond friendly by natures. Although not very into taking initiatives in moving forward, but this person will always take a step back in supporting others. Stable personality and considerate, give others a being protected feeling. But the weakness is they cannot say no; regardless how unwilling they are, they will take care of others.
Right-Right
===========
Loves challenges type
Straight foward. Once they decided on one thing, will take action right away. Very curious, and love challenges. Dare to face dangers without thinking through (sometimes foolishly). Their weakness is they donĂ¢€™t listen to others,
will filter in only what whey want to hear in a conversation, and very subjective. However, because of their straightforward attitude, they tend to be fairly popular.
Left-Left
=========
Dedicated, cold, perfectionist
Very logical in all aspects. The only way to defeat (or win over) him/her is through reasons. Has a lot of prides, and feeling strongly about doing the right thing. If they are your friends, they are very trustworthy. However, if they are your opponents, they will be very tough to deal with. Because they can be very "anal" as a perfectionist, they usually leave a bad impression of being hard to deal with when first met.
Left-Right
==========
Likes to take care of others, leader type
Has a cool and keen observation ability to see through situations, yet still can be considerate in others needs. Because of their cool and calm nature, and strong sense of responsibility, they tend to become head of a group. Popular among people. However, they may not be able to help themselves in meddling because they want to take care of others too much. Very concerned about how
others view them, and always on alert.
Life goes fast
Bokap temen kerja gue baru kemaren meninggal….usianya 79 tahun.
Dalam permenungan dan juga hasil ngobrol dengan teman – teman lain aku mengambil satu kesimpulan, kalau memang mau membahagiakan orang tua / orang lain tidak perlu tunggu waktu. Dalam artian gini...kalo sekarang ada uang walau sedikit, ya tidak usah memberikan alasan tidak bisa berbagi / berderma hanya dengan alasan yah baru segini kan gak enak. Atau kalau kita ingin mengajak orangtua kita berjalan jalan ke luar negeri, ya tidak usah menunggu sampai kita jadi milyader.
Gue sempat terhentak dengan tulisan di Kompas beberapa hari lalu. Pada tulisan itu pada intinya kita mencoba melihat diri kita sendiri. Apakah kita ini sebangsa dengan orang yang menjadi enggan berderma karena kita merasa diri kita tidak cukup? Tidak cukup dengan gaji kita, tidak cukup dengan apa yang dikaruniakan Tuhan buat kita? Sangat mengejutkan bahwa dalam cerita di Kompas itu seorang pengemis menolak diberikan makanan dengan alasan ”Lebih baik buat pengemis lain yang belum makan, saya tadi pagi sudah makan”.....dalam kondisi yang sedemikian berkekurangannya dia masih ingat orang lain.
So, bagaimana kita ? Bisa berbagi ? Bisa mensyukuri ? When enough is enough ? Life goes fast…so don’t wait to do good
Life goes fast
Dalam permenungan dan juga hasil ngobrol dengan teman - teman lain aku
mengambil satu kesimpulan, kalau memang mau membahagiakan orang tua /
orang lain tidak perlu tunggu waktu. Dalam artian gini...kalo sekarang
ada uang walau sedikit, ya tidak usah memberikan alasan tidak bisa
berbagi / berderma hanya dengan alasan yah baru segini kan gak enak.
Atau kalau kita ingin mengajak orangtua kita berjalan jalan ke luar
negeri, ya tidak usah menunggu sampai kita jadi milyader.
Gue sempat terhentak dengan tulisan di Kompas beberapa hari lalu. Pada
tulisan itu pada intinya kita mencoba melihat diri kita sendiri. Apakah
kita ini sebangsa dengan orang yang menjadi enggan berderma karena kita
merasa diri kita tidak cukup? Tidak cukup dengan gaji kita, tidak cukup
dengan apa yang dikaruniakan Tuhan buat kita? Sangat mengejutkan bahwa
dalam cerita di Kompas itu seorang pengemis menolak diberikan makanan
dengan alasan "Lebih baik buat pengemis lain yang belum makan, saya tadi
pagi sudah makan".....dalam kondisi yang sedemikian berkekurangannya dia
masih ingat orang lain.
So, bagaimana kita ? Bisa berbagi ? Bisa mensyukuri ? When enough is
enough ? Life goes fast...so don't wait to do good
Egg in the middle
Do you see it? The center of the flower is like an egg.....only God knows how a droplet of water is inside this newly bloom water lily....
Radiation
Whoa....what do you think this is? Just a cactus hehe...I used tungsten white balance to make it a bit different....
Golden moment
Slow shutter speed...
Nah lihat air-nya? Cukup halus bukan? Ini contoh penggunaan slow shutter...kalo tidak salah di sekitar 1-3 second...pake tripod tentu saja...
Blue
Belajar motret #2
Ok, untuk shutter speed pada intinya akan lebih bisa dipahami kalo udah dicobain sih. Well semua dalam fotografi memang akan lebih mudah dimengerti kalo udah di praktek-kan. Tapi gue kasih beberapa tips yang gue kumpulkan selama ini saja berhubung dengan shutter speed ya :
- Angka 1/60 second biasanya dijadikan patokan kapan tangan-mu mulai goyang dan kemudian membuat foto blur. So kalau mau foto tidak blur salah satu yang harus dipastikan adalah shutter speed diatas 1/60 second. Kalau mau motret dengan kecepatan di bawah 1/60 gimana dong? Pake tripod hehehe..itu tuh barang yang kaki nya ada tiga...yang biasa keliatan kalo lagi shooting video, tau kan? Masih gak tau juga? Tanya aja di toko kamera dah....
- Angka 1/125 second biasanya dijadikan patokan foto manusia agak blur, mengapa? Karena gerakan tangan dll dari manusia biasanya kecepatannya 1/125 second. So kalo lebih lambat dari itu ya blur deh gerakan tangan orang yang lagi nari misalnya. Tapi kalo sekedar orang lagi pose ya gak butuh 1/125 hehehe
- Kapan menu Tv dipilih? Kalau kita mau atur shutter speed secara manual tentunya. Lho kapan itu dibutuhkan? Misalnya kalau mau bikin foto air terjun dengan air terjun yang halus seperti kapas, atau laut dengan permukaannya yang halus seperti kapas...nah kalo mo bikin yang begini, atur aja speed shutternya di 1 second misalnya...pake tripod jangan lupa...nah hasilnya akan hualus....
Selamat mencoba deh.....photography is about practising and having fun
Life goes fast
Dalam permenungan dan juga hasil ngobrol dengan teman - teman lain aku
mengambil satu kesimpulan, kalau memang mau membahagiakan orang tua /
orang lain tidak perlu tunggu waktu. Dalam artian gini...kalo sekarang
ada uang walau sedikit, ya tidak usah memberikan alasan tidak bisa
berbagi / berderma hanya dengan alasan yah baru segini kan gak enak.
Atau kalau kita ingin mengajak orangtua kita berjalan jalan ke luar
negeri, ya tidak usah menunggu sampai kita jadi milyader.
Gue sempat terhentak dengan tulisan di Kompas beberapa hari lalu. Pada
tulisan itu pada intinya kita mencoba melihat diri kita sendiri. Apakah
kita ini sebangsa dengan orang yang menjadi enggan berderma karena kita
merasa diri kita tidak cukup? Tidak cukup dengan gaji kita, tidak cukup
dengan apa yang dikaruniakan Tuhan buat kita? Sangat mengejutkan bahwa
dalam cerita di Kompas itu seorang pengemis menolak diberikan makanan
dengan alasan "Lebih baik buat pengemis lain yang belum makan, saya tadi
pagi sudah makan".....dalam kondisi yang sedemikian berkekurangannya dia
masih ingat orang lain.
So, bagaimana kita ? Bisa berbagi ? Bisa mensyukuri ? When enough is
enough ? Life goes fast...so don't wait to do good
Belajar motret...#1
Dalam motret bukan kamera yang canggih yang utama, yang penting tahu cara pakenya hehe...So basic nya dulu dari make kamera ya. Di kamera (pocket sekalipun) ada 3 komponen yang kita perlu perhatiin :
1. Apperture / bukaan - gue jelasin ntar lagi ya
2. Shutter speed / kecepatan rana - nah ini dulu yang gue bahas abis ini deh
3. ISO / kepekaan sensor - ini juga ntar lagi ya
Nah shutter speed pada intinya adalah seberapa cepat kamera lu mengedipkan "mata" nya....makin cepat maka foto yang diambil akan makin freeze....biar lebih enak cobain dulu aja. Cari kamera pocket juga boleh yang ada setting Tv.
Trus setting di speed misalnya 1/200 second, 1/100, 1/60 dan 1/30...nah coba dulu ya...mo pulang ahhhh, besok lanjut lagi...
Life goes fast
Dalam permenungan dan juga hasil ngobrol dengan teman - teman lain aku
mengambil satu kesimpulan, kalau memang mau membahagiakan orang tua /
orang lain tidak perlu tunggu waktu. Dalam artian gini...kalo sekarang
ada uang walau sedikit, ya tidak usah memberikan alasan tidak bisa
berbagi / berderma hanya dengan alasan yah baru segini kan gak enak.
Atau kalau kita ingin mengajak orangtua kita berjalan jalan ke luar
negeri, ya tidak usah menunggu sampai kita jadi milyader.
Gue sempat terhentak dengan tulisan di Kompas beberapa hari lalu. Pada
tulisan itu pada intinya kita mencoba melihat diri kita sendiri. Apakah
kita ini sebangsa dengan orang yang menjadi enggan berderma karena kita
merasa diri kita tidak cukup? Tidak cukup dengan gaji kita, tidak cukup
dengan apa yang dikaruniakan Tuhan buat kita? Sangat mengejutkan bahwa
dalam cerita di Kompas itu seorang pengemis menolak diberikan makanan
dengan alasan "Lebih baik buat pengemis lain yang belum makan, saya tadi
pagi sudah makan".....dalam kondisi yang sedemikian berkekurangannya dia
masih ingat orang lain.
So, bagaimana kita ? Bisa berbagi ? Bisa mensyukuri ? When enough is
enough ? Life goes fast...so don't wait to do good
Sunday, April 15, 2007
Milik...
Bukan yang kita miliki, tetapi yang kita gunakan,
Bukan yang kita lihat, tetapi yang kita tentukan
Itulah yang dapat merusak atau menyenangkan
Seluruh kebahagiaan insan. --Anon.
Thursday, April 05, 2007
Happy easter
Friday, March 30, 2007
Cara Pandang Terhadap Beban Hidup
CARA PANDANG TERHADAP BEBAN HIDUP
Written by Isak Rickyanto
Wednesday, 08 June 2005
Bukan berat Beban yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul
beban tersebut.
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey
mengangkat segelas
air dan be
segelas air ini?"
berat absolutnya,
tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.
"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya
memegangnya selama 1
jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1
hari penuh, mungkin anda
harus memanggilkan ambulans untuk saya.Beratnya sebenarnya sama, tapi
semakin lama saya
memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan
mampu membawanya
lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang
harus kita lakukan adalah
meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".
Kita harus meninggalkan
beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu
membawanya lagi.
Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban
pekerjaan. Jangan bawa pulang.
Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada
dipundak anda hari ini, coba
tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil
lagi.
Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. ..!! Hal
terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh
di relung hati kita.
Sta
Thursday, March 29, 2007
lady bug....

Although I'm small, but God love me,
He put morning dew upon my body every morning,
to make me understand how great He is.
Every morning I pray to God,
As I know that my life is short,
Every human being is also God creation,
wake up every morning without knowing how lucky they are,
to be God most loved creation.

Tuesday, February 27, 2007
Wednesday, October 18, 2006
Thought
Hari ini siang ketemuan dengan salah seorang rekan lama. Dia pindah ke perusahaan yang skalanya cukup besar. Kita sharing mengenai hal – hal yang mereka lakukan disana. Ada beberapa hal teknis yang memang langsung tertangkap, tapi pertanyaan yang timbul bagiku adalah apa sebenarnya yang lebih fundamental yang membuat mereka memiliki skala sebesar itu saat ini. Apakah masalahnya di waktu (lamanya perusahaan berdiri)? Apakah dari bidang bisnis-nya? Ataukah dari sistem yang dianut? Struktur organisasi? Believe mereka, dalam hal ini keberanian mengambil resiko? Ataukah dari sisi orang-orangnya yang sudah lebih banyak dan capable?
Well, tidak ada jawaban yang pasti. Tapi beberapa hal yang terlintas di kepala-ku adalah bahwa :
- Pemilihan area bisnis sangat menentukan, di area bisnis dimana margin sangat tipis menjadi sangat sulit untuk suatu perusahaan bergerak
- Visi sangat penting, jika yang dijadikan visi adalah ”kesempurnaan” dan ”kerapian” maka semua gerak perusahaan akan diarahkan kesana pula. Bisa jadi banyak sumber daya yang terbuang untuk membuat planning dan pemberesan yang kurang membawa value. Apabila yang jadi value adalah profit dan sales misalnya, maka bisa jadi ruangan yang bagus, prosedur yang rapi, sistem yang tertata, security yang keren, dll bukanlah prioritas. Tenaga dan sumber daya diarahakan untuk creating sales dan profit. So, visi sangatlah penting.
- Risk averse, seringkali kita terhambat karena top management kita adalah tipe yang menghindari resiko, atau karena budaya perusahaan kita menjauhi resiko atau pendekatan yang radikal. Well, mungkin kita perlu lebih berani mengambil resiko, karena pada dasarnya resiko dan gain itu berbanding lurus. So semakin kita menghindari resiko maka akan makin jauhlah kita dari gain. Kalimat pembenaran diri ”kan resiko-nya harus manageable...” patut kita pertanyakan...apakah kita memunculkan kalimat tersebut dalam rangka menghindari resiko itu sendiri? Termasuk ketegasan kita terhadap orang – orang yang ”menggerogoti” perusahaan dengan performance yang buruk. Kalimat bahwa kita harus kekeluargaan memang sangat tepat di budaya indonesia yang kekeluargaan. Akan tetapi bukan berarti kita harus buta bukan?
- Hemat...kalimat ini seringkali keluar dari mulut perusahaan skala kecil-menengah. Resource memang terbatas, itu fakta yang tak dapat ditolak. Tapi bukan hemat yang kita kejar, bukan, tapi value. Kalau kita tahu bahwa resource kita terbatas maka yang kita lakukan bukanlah berhemat...tapi spending yang menghasilkan value yang sebesar-besarnya. So apabila suatu spending itu nilainya besar ya mungkin tidaklah masalah, asalkan value yang kita dapatkan memang sesuai.
Ada banyak hal lain yang mendorong suatu perusahaan menjadi kurang maju. Tapi hal – hal diatas adalah hal fundamental yang menurutku penting paling tidak bagi perusahaanku.....
Thursday, August 24, 2006
Tuesday, August 15, 2006
Bad day....
Sial..gue BT banget neh sore ini. Masalah kecil tapi bikin gue bener2 BT….Well sudahlah, gue ceritain disini ntar malah berabe, gue ceritain lain kali aja. YANG JELAS GUE BT !!!!!!! *&*@*(#@!*(&@#(*&@()*Y*!W*(H!*(^#@
Monday, August 14, 2006
Tahta Untuk Sang Putri
Tahta Untuk Sang Putri
Seorang ayah, kebetulan pengusaha kaya multi-usaha, menghadapi soal
yang amat pelik. Siapakah yang harus dipilihnya menjadi President & CEO
menggantikan dirinya memimpin kerajaan bisnisnya yang sudah dibangun
susah payah lebih dari setengah abad?
Kini usianya sudah berkepala tujuh dan penyakit-penyakit tua sudah
mulai menggerogoti dirinya. Ia tahu sebentar lagi dirinya akan mengikuti
jejak nenek-moyangnya menuju lorong hidup manusia fana.
Anaknya tiga orang. Si sulung amat cerdas, meraih MSc. dan MBA luar
negeri, ia berselera canggih, senang glamour, ambisius, dan punya pergaulan
yang luas di kalangan jet set. Cuma si ayah cukup khawatir karena si sulung
ini punya bakat bercumbu dengan bahaya seperti (konon) keluarga Kennedy.
Naluri judinya gede, dan niat curangnya pun cukup kuat. Singkatnya, ia cerdas,
kreatif, namun lihai dan licin.
Si tengah, lebih hebat lagi. Bergelar PhD. bidang kimia dari
universitas beken
bertebaran di jurnal-jurnal internasional. Bangga sekali hati si ayah
yang cuma lulus SMP zaman Jepang. Dia dosen dan peneliti. Dan di perusahaan
ayahnya dia menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan. Tetapi
menjadi CEO, ia terlalu akademis.
Kurang cocok dengan bisnis mereka yang kini berspektrum sangat lebar.
Si bungsu, satu-satunya perempuan, cuma lulus S1 dalam negeri.
Meskipun sejak
sebagai Direktur Grup Konsumer, tetapi ia memulai karirnya di perusahaan asing
sebagai wiraniaga (marketing executive). Ia merangkak dari bawah hingga
15 tahun kemudian bisa mencapai posisi General Manager. Otaknya kalah
brilian dibanding kedua kakaknya.
Meskipun cenderung hemat berkata-kata, namun ia menunjukkan bakat
memimpin yang baik. Ia mampu mendengar dengan intens. Berbagai pendapat dan
gagasan bisa diolahnya dengan dalam.
sikapnya yang fair, jujur, dan mampu merakyat dengan para bawahannya.
Nah, jika Anda adalah konsultan independen, siapakah pilih an Anda
menggantikan sang patriarch menjadi President & CEO?
Saya bertaruh, sebagian besar Anda akan menominasikan si bungsu.
Dan si ayah juga demikian. Masalah ini menjadi pelik, karena menurut
adat-istiadat, si sulunglah pewaris takhta. Dan, ia sangat berambisi untuk
itu. Sedang si bungsu, selain paling buncit, perempuan lagi.
Jadi ia kalah status, gelar dan gender.
Bagaimana jalan keluarnya?
Konsultan angkat tangan.
Rujukan buku teks tidak ada. Sang patriarch akhirnya hanya bisa
mengandalkan wibawa dan hikmatnya sebagai ayah. Lalu dipanggilnya ketiga anaknya.
Dibentangkannya persoalan secara gamblang.
Diuraikannya plus-minus setiap anaknya. Dianalisisnya kemungkinan
sukses masing-masing memimpin grup usaha itu menuju milenium ketiga.
Dialog pun dimulai.
Dan si ayah segera maklum, dead lock akan terjadi.
"Sudahlah, aku akan memutuskan sendiri siapa penggantiku," kata
orangtua itu akhirnya. Ketiganya takzim menurut.
Seminggu kemudian, si ayah datang dengan sebuah ujian.
"Barangsiapa bisa mengisi ruang ini sepenuh-penuhnya, maka dialah
penggantiku," katanya sambil menunjuk ruang rapat yang cuma terisi
empat kursi dan sebuah meja bundar. "Budget maksimum Rp1 juta," tambahnya
lagi.
Kesempatan pertama jatuh pada si sulung. Enteng, pikirnya.
Besoknya, dipenuhinya ruangan itu dengan cacahan kertas
berkarung-karung. Dan memang ruangan itu menjadi padat.
"Bagus, besok giliranmu," kata si ayah kepada anak keduanya.
Duapuluh empat jam kemudian, ruangan itu pun dipenuhinya dengan butiran
styro- foam yang diperolehnya dengan menghancurkan bekas-bekas
packaging.
"Oke, besok giliranmu," kata sang patriarch menunjuk putrinya.
Esoknya, ketika acara inspeksi dimulai, ternyata ruangan masih kosong.
"Lho, kok kosong?" tanya ketiganya hampir serempak. Sang putri diam
saja. Dimatikannya saklar lampu. Dari sakunya dia keluarkan sebatang lilin.
Ditaruhnya di atas meja.
Lalu disulutnya dengan sebatang korek api.
"Lihat, ruangan ini penuh dengan terang. Silahkan dinilai, apakah ada
celahkosong tak tersinari," katanya kalem.
Tak terbantah siapa pun, dia dinyatakan menang dan sang putri pun
berhak menduduki kursi tertinggi. Problem solved.
Kualitas yang ditunjukkan sang ayah dan putrinya adalah apa yang saya
sebut sebagai hikmat. Ciri utama orang berhikmat (wise person) ialah
kemampuan memecahkan masalah secara genuine dan memuaskan. Ini selaras dengan
Jerry Pino yang merumuskan hikmat sebagai kemampuan membuat the best decision
at any given situation.
Pintar, di pihak lain, adalah kemampuan mencerna dan mengolah informasi
secara cepat. Ciri-cirinya, rasional, metodik, linier, dan analitik.
Kepintaran umumnya diperoleh dengan olah otak sampai botak.
Dari dulu botak memang ciri orang pintar.
Tetapi hikmat (wisdom) tidak hanya memerlukan olah otak tetapi terutama
olah hati. Jarang kita sadari, hati kita sebenarnya bisa berpikir. Dalam
tradisi literatur kuno, terutama kitab-kitab suci, hati adalah lokasi
kebijaksanaan, hikmat dan kepandaian. Lebih spesifik, hati adalah access point kita
kepada the higher knowledge, yakni kepada Tuhan sendiri. Dalam arti ini, orang
bijak selalu berkonotasi orang alim dan saleh.
Kini, ketika rasionalisme warisan Descartes dan Immanuel Kant menjadi
panglima, kebijaksanaan yang berasal dari hati (nurani atau suara hati)
cenderung dinomorduakan. Yang utama adalah kepala. Dunia politik,
bisnis dan kemasyarakatan kita kemudian didominasi oleh para pakar dan teknokrat
bergelar master, doktor, dan profesor.
Friday, August 11, 2006
Orang Beragama atau Orang Baik?
Orang Beragama atau Orang Baik?
Seorang lelaki berniat untuk menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah. Seorang nenek yang merasa iba melihat kehidupannya membantunya dengan membuatkan sebuah pondok kecil dan memberinya makan, sehingga lelaki itu dapat beribadah dengan tenang.
Setelah berjalan selama 20 tahun, si nenek ingin melihat kemajuan yang telah dicapai lelaki itu. Ia memutuskan untuk mengujinya dengan seorang wanita cantik. ''Masuklah ke dalam pondok,'' katanya kepada wanita itu, ''Peluklah ia dan katakan 'Apa yang akan kita lakukan sekarang'?''
Maka wanita itu pun masuk ke dalam pondok dan melakukan apa yang disarankan oleh si nenek. Lelaki itu menjadi sangat marah karena tindakan yang tak sopan itu. Ia mengambil sapu dan mengusir wanita itu keluar dari pondoknya.
Ketika wanita itu kembali dan melaporkan apa yang terjadi, si nenek menjadi marah. ''Percuma saya memberi makan orang itu selama 20 tahun,'' serunya. ''Ia tidak menunjukkan bahwa ia memahami kebutuhanmu, tidak bersedia untuk membantumu ke luar dari kesalahanmu. Ia tidak perlu menyerah pada nafsu, namun sekurang-kurangnya setelah sekian lama beribadah seharusnya ia memiliki rasa kasih pada sesama.''
Apa yang menarik dari cerita diatas? Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara taat beribadah dengan memiliki budi pekerti yang luhur. Taat beragama ternyata sama sekali tak menjamin perilaku seseorang.
Lantas dimana letak kesalahannya? Saya kira persoalan utamanya adalah pada kesalahan cara berpikir. Banyak orang yang memahami agama dalam pengertian ritual dan fiqih belaka. Dalam konsep mereka, beragama berarti melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan melagukan (bukannya membaca) Alquran. Padahal esensi beragama bukan disitu. Esensi beragama justru pada budi pekerti yang mulia.
Kedua, agama sering dipahami sebagai serangkaian peraturan dan larangan. Dengan demikian makna agama telah tereduksi sedemikian rupa menjadi kewajiban dan bukan kebutuhan. Agama diajarkan dengan pendekatan hukum (outside-in), bukannya dengan pendekatan kebutuhan dan komitmen (inside-out). Ini menjauhkan agama dari makna sebenarnya yaitu sebagai sebuah sebuah cara hidup (way of life), apalagi cara berpikir (way of thinking).
Agama seharusnya dipahami sebagai sebuah kebutuhan tertinggi manusia. Kita tidak beribadah karena surga dan neraka tetapi karena kita lapar secara rohani. Kita beribadah karena kita menginginkan kesejukan dan kenikmatan batin yang tiada taranya. Kita beribadah karena rindu untuk menyelami jiwa sejati kita dan merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian kita. Kita berbuat baik bukan karena takut tapi karena kita tak ingin melukai diri kita sendiri dengan perbuatan yang jahat.
Suatu ketika dompet saya yang berisi surat-surat penting dan sejumlah uang hilang. Kemungkinan tertinggal di dalam taksi. Ini tentu membuat saya agak panik, apalagi hal itu terjadi pada hari-hari pertama saya tinggal di
Ketika datang kesana, saya dilayani dengan ramah. Polisi memberikan dompet yang ternyata isinya masih lengkap. Ia juga memberikan kuitansi resmi berisi biaya yang harus saya bayar sekitar 2,5 pound. Saking gembiranya, saya memberikan selembar uang 5 pound sambil mengatakan, ''Ambil saja kembalinya.'' Anehnya, si polisi hanya tersenyum dan memberikan uang kembalinya kepada saya seraya mengatakan bahwa itu bukan haknya. Sebelum saya pergi, ia bahkan meminta saya untuk mengecek dompet itu baik-baik seraya mengatakan bahwa kalau ada barang yang hilang ia bersedia membantu saya untuk menemukannya.
Hakekat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur. Karena itu orang yang ''beragama'' seharusnya juga menjadi orang yang baik. Itu semua ditunjukkan dengan integritas dan kejujuran yang tinggi serta kemauan untuk menolong dan melayani sesama manusia.
disadur dari Republika:
Kepemimpinan
Oleh: Arvan Pradiansyah, direktur pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM) & penulis buku Life is Beautiful
Sunday, August 06, 2006
Regret
One of my cousins contacted me couple days ago for a job. Well i ask for his academic transcript like usual. Kinda disappointed with his gpa though. It is quite small. So then i start thinking, aside from someone capability, do we always regret what we do in the past? I mean is it always late for a regret?
We are going to school and not study hard enough. What kinda mechanism that available to make us regret faster, faster enough to change the situations? I don't know the answer, may be someone around you? Your parent? But if we are the parent, then what is actually that we should do to make this regret doesn't come late? Not sure about the answer.
------
@Mobile
Tuesday, August 01, 2006
Quote
What really matters is not what happens to you or around you; what matters is how you respond and what you learn from it.
------
@Mobile
Laper :(
Aduh macet nih jalan, angkot serobot kanan kiri, motor kurang ajar, komplit lah perut laparku ini. Komplit pula bt gue gara2 urusan rumah. Well temen g pernah bilang jangan termakan suasana, ya aku rasa sih betul banget tapi gue rasa ya bt ya bt aja. Ya gak? Daripada di rasa rasa normal padahal bt abiz. Luapan perasaan kan baek buat jantung hahaha. Tapi emang yg namanya balance dan kesadaran diri juga penting bgt. Duhh macet knapa sehh iniii...laper :-(
------
@Mobile
Sunday, July 30, 2006
Finger pointing
Hi, i just went back from department gathering last night. A very enjoyable trip, it went very smooth and organized. I am proud to my staff who planned and execute the whole thing by themselves. It is nice to give our subordinates a responsibility, but surely we need to believe that they could do it. Without that belief then it would become an empty word of empowerment. Empowerment and control, a two word that must be balanced.
Ok now talking other stuff. We are talking about integrity last couple days. One of my college ask whether we dare to put our work and future for the sake of our integrity? Well this morning i read some sentences in the magazines that really are nice. It said 'true, i could have been fired, but jobs are easier to find than one's dignity once lost'
Nice sentence? Do you think this sentence is not making any sense? Well i tell you my opinion. I think this sentence although some people think too ideal, but it is true. Once you sell your soul to the devil then you shall never return. If you forgone your integrity then you shall never have them again. So starting now you better have your integrity with you all the time. Be responsible also to what you do or said or even think. Then you shall become a better person everyday.
------
@Mobile
Tuesday, July 18, 2006
Rumah lagi
Duh urusan rumah yg dijual itu beneran bikin g bt dah. Hari ini sodara gue sms dng nada marah koq rumahnya yg dijual belon dipasang spanduk jual. Lho aku bagaimana tahu sih? Itu rumah nun jauh disana juga gitu. Aduh koq lama2 makan ati ya? Nih minta tolong apa nyuruh2 ya? Bt gue.
------
@Mobile
Monday, July 17, 2006
Mati lampu
Wek mati lampu neh, busyet begitu tergantungnya kita ama listrik. Let c komputer, ac, pompa air, lampu, wuih banyak tuh. Itu pula sebabnya gue pindahin meeting gue dari kantor ke s*******s.
Haha kalo tetap di kantor ga bisa meeting, otaknya melting kali ya? Kasihan juga sih anak buah gue karna mereka ga bisa mindahin lokasi kerja kayak kita.
Well berapa tergantung hidupmu dng listrik? Sangat gue rasa ya?
------
@Mobile
Sunday, July 16, 2006
Motivate ur employee by playing game
One article that i read in book called the truth about managing people said that to motivate ur employee is to make them feel the flow. What is that?
Flow is described as a feeling of joy of doing something. Doing it no long period of time and losing track of time is some of the characteristics. Well it just like playing game for a gamer.
If a gamer play the game they love, they could spend a lot of time just to finish it. And when its done then they will feel an overwhelming feeling of happiness.
The same with job. You have to design a job that will give a sense of flow. How? The job must challenging, goal oriented, have a feedback process in place and using high level of skill. Why using high level of skill required? So that it feel important enough and challenging enough.
Managing job is sometime like choosing the right game for a gamer to play isn't?
------
@Mobile
Indonesia win physics olympics
Yea it is being said in newspaper that indonesia win. Probably even win as the ultimate champion since one of the student achieve highest score. Wow this country do actually has something right? So pity that in this glorious moment we still stuck in corruption and unresolved natural disaster.
I do happy since i love education and i once join selection test for physics olympics. Well i did not make it ha ha ha. But as i take a look behind i realize that God have a plan for me. If i succeed that day, perhaps i will become a scientist. Well not to say that scientist is a bad one. But as a scientist perhaps i cannot do what i do best now. Some of us do feel disappoint if failure come over. But see failure is not the problem. The problem is the way you face it. If you behave right then it shall be a beginning for your victory. But if you keep complaining then perhaps it is your doom.
I once tell my friend that if you believe in God then you shall never worry. He do know what is best for us. More then we know. So believe Him. Have a nice weekend and never stop believing and no excuse please :)
------
@Mobile
Jual rumah yuk
Sodara gua mau jual rumah di lippo cikarang. Dari kemarennya ga kejual juga. Malam ini ngajakin gue ngobrol baiknya bagaimana. Ya gue sih ok aja bantuinnya,tapi yg bikin sebel sepupunya yg notabene harusnya lebih punya peranan malah nyantai aja. Dan gak mau terlibat malah. Lho gue jadi bingung,ini yg mau jual rumah gue apa mereka. Taukh deh haha, gue sih bantuin sebisanya aja lah. Ga dibantuin kasihan,tapi dibantuin banyak2 ntar nglunjak juga kali ya. Alias jadi ga mau usaha juga. Yah let it be aja deh. Good nite...
------
@Mobile
Saturday, July 15, 2006
No excuse
Just see opprah show. One of the topics is no excuse. It tell a story of a young man that has physical disability since he was born. His parent never threat him differently,so did his sibling. He do everything just like a normal kids does. He try american football and finally wrestling. After being defeated 35 times he finally master it. You can imagine a boy without any legs nor hand becoming a wrestler. He can even type 50 words a minutes. He write a book called no excuses. If we ever feel desperate with our problem and we want to scream for an excuse, then we must remember this guy. No excuses man!
------
@Mobile
Friday, July 14, 2006
Boring
I am in the middle of the class. Boring atmosphere is rising here, some of my frien already falling a sleep previously. The teacher ask us to do some exercise, but it seem no body do it :-) my friend chubby next to me keep complaining that she feel so sleepy ha ha ha what a boring class
------
@Mobile
Thursday, July 13, 2006
The maximum value of a man
Beberapa diskusi hari ini timbul pertanyaan sebenarnya seberapa jauh seorang manusia bisa mengembangkan dirinya. Menurut penelitian otak manusia bisa dikatakan unlimited. Some say that even you dead your brain capacity is not yet near full. But well we know that some people feel that their reach their ultimate capacity. They feel that even they learn more still they cannot errand their knowledges. What do you think? Do you think people do have limitations?
Indonesia dan olimpiade matematika
Well well…
Do you know what I found out in newspaper this morning…
Wadoww.....parah banget ya ini negara? Udah banyak bencana alam, manusia juga berlomba lomba bikin bencana. Kita ikutan melakukan gak ya? Ayo kerja kerja…..
Wednesday, July 12, 2006
Conceptual thinking
One of my friend ask today how to improve her conceptual thinking. I said that she can start by synthesizing. This done by look at daily activities,thinking what is the reason of people doing something. Finally put those principal that found on that case to what you do. Slowly but sure you will develop your conceptual thinking. What do you think?