Wednesday, January 30, 2008

New rule : Marketing + IT

Old marketing dimana marketing adalah mereka-reka, membuat produk dan
kemudian berusaha menjualnya telah mulai bergeser dan ditinggalkan.
Demikian yang disampaikan oleh salah seorang senior manajemen di
perusahaan saya bekerja. Lho, lalu digantikan apa ya, bukankah marketing
pada prinsipnya adalah membuat dan menjual (red : persuade consumers to buy)?

Dengan makin kerasnya persaingan, makin banyak perusahaan yang muncul +
inovasi dari perusahaan - perusahaan jagoan lama membuat kancah
pertempuran marketing menjadi makin sulit saja. Dalam salah satu ulasan
di web mengemukakan bahwa konsumen
sekarang berusaha mencari produk / jasa yang sesuai dengan kebutuhan
mereka. Apabila ada satu perusahaan tidak mampu memenuhinya maka yang
terjadi adalah entah konsumen itu berpindah ke produk / jasa lain yang
lebih sesuai, atau terciptalah "fake loyalty". Konsumen seakan - akan
dengan setia membeli produk / jasa tersebut, tapi sebenarnya dia tidak
puas. Hanya karena tidak ada pilihan lain saja maka dia membeli, dan
begitu ada perusahaan lain yang menawarkan apa yang dia inginkan maka
dengan segera dia tidak lagi menjadi konsumen kita.

Wah makin mengerikan saja arena pertarungan bisnis ini. Ya, dan salah
satu cara agar kita survive adalah dengan memanfaatkan segala informasi
yang ada. Salah satunya adalah insight yang datang dari konsumen.
Insight ini tentunya tidak bisa dengan mudah kita peroleh dengan
bertanya pada konsumen "Apa yang kamu mau?", ini cara lama dimana memang
belum ada produk / jasa. Di era tahun 60an apabila kita ditanya apa yang
kita inginkan dari sebuah mobil dan kemudian jawaban itu diwujudkan maka
kita sudah akan sangat terkagun kagum dan senang. Tapi saat ini "the
playing field" 100% berubah...coba tanyakan pertanyaan yang sama,
apabilapun kita bisa mewujudkannya tetap bisa jadi tidak memuaskan
konsumen.

Insight diperoleh dengan "mengamati" konsumen. Ada beberapa cara yang
dilakukan untuk mengamati perilaku konsumen. Ada yang menggunakan riset
"in situ", dimana seorang pe-riset mengamati keseharian respondennya.
Masalahnya adalah biaya dan privasi. Konon kabarnya cara inilah yang
digunakan oleh perusahaan seperti Unilever & P&G dalam membuat produk
produk mereka. Salah satu cara lain adalah dengan menggunakan trend
perkembangan IT yang ada, internet.

Internet berkembang sangat cepat di Indonesia, apalagi sejak
diturunkannya biaya internet oleh Telkom dan diluncurkannya teknologi 3G
/ 3,5G oleh vendor sekelas Indosat. Biaya,
kecepatan dan penetrasi internet di Indonesia akan makin cepat dalam
kurun waktu 2-3 tahun ke depan. Hal ini membuka peluang untuk
menggunakan "community based approach". Pada pendekatan ini kita bisa
membuat suatu komunitas, misalnya komunitas ibu muda, dan mencoba
menggali insight dari interaksi dalam komunitas tersebut. Dahulu
membangun komunitas semacam ini membutuhkan biaya yang tinggi, karena
tiap acara off-air membutuhkan biaya tidak sedikit. Tapi sekarang dengan
adanya IT maka semua itu bisa dilakukan di internet dengan biaya yang
relatif sangat kecil.

Penggunaan websites, mailing list, networking application (Friendster, Facebook , MySpace , etc), dan media lainnya seperti Blog dan YouTube telah mengakselerasi proses pembangunan community ini. Saya tidak bilang bahwa kegiatan off-air hilang sama sekali, atau membangun komunitas ini menjadi hanya dalam waktu 1 hari. Bukan itu, melainkan proses pembangunan komunitas (dan juga analisanya nantinya) akan menjadi sangat jauh lebih mudah dengan adanya IT. So Marketing tidak lagi berjualan dengan 'insting" saja melainkan data pendukung yang lengkap. Bayangkan apabila kita bisa memantau tingkah laku, pendapat, saran dan kritik dari konsumen kita, end konsumen kita, secara langsung dan bahkan real time. Pertanyaannya bukanlah "Bisa tidak ya?" tetapi "Mau tidak?"

So the new rule is : Marketing + IT !

No comments: