Monday, September 10, 2007

Another point of view regarding Balanced scorecard

Sudah tahu namanya balanced scorecard? Aku rasa sudah banyak yang tahu
ya, kalau kurang jelas silahkan ke wikipedia.org untuk cari tahu. Ok,
pada intinya BSC bersama dengan strategy map digunakan untuk
menggambarkan strategi perusahaan dengan lebih mudah. Dengan BSC ini
diharapkan eksekusi dan allignment antar bagian dalam organisasi dapat
berjalan dengan lancar.

Tapi seringkali mimpi indah BSC ini tidaklah seindah harapannya. Mengapa
ya? Padahal ini dirancang oleh orang - orang yang demikian pintarnya.
Satu hal yang muncul dalam pemikiranku beberapa waktu lalu saat diskusi
dengan seseorang adalah bagaimana eksekusinya. Eksekusi disini adalah
dalam hal seberapa jelas suatu objective dalam BSC. Objective biasanya
dijelaskan dengan menggunakan "description". Akan tetapi menurutku
description saja belum cukup jelas, harus jelas bagaimana objective
tersebut akan dicapai (ingat "ada banyak jalan menuju roma" - so kalau
tidak jelas jalan mana yang akan diambil, bagaimana bisa alligned ?)

Cara mencapai objective tersebut-lah yang dikenal dengan initiatives.
Inisiatif biasa diisi dengan hal-hal yang umum, milestones yang kurang
deskriptif. Apabila kurang deskriptif maka akan sulitlah penterjemahan
dari obyektif tersebut. Contoh : obyektifnya adalah "meningkatkan jumlah
produk yang sukses di pasar". Masih kurang jelas kan bagaimana ini bisa
dicapai, bisa dilakukan dengan banyak cara soalnya. Ok, dibuatlah
inisiatif : "meningkatkan akurasi marketing research". Hemm, sudah lebih
mengarah, tapi bagaimana hal ini mau dilakukan? Well, kalau masih kurang
detil di milestones-nya maka support unit akan sulit mengadopsinya. Yang
terjadi adalah kebanyakan support unit (kecuali marketing research
tentunya) akan berkata "hemmm, nampaknya itu obyektif milik
marketing-sales dan marketing research, bukan obyektif kita". Padahal
kalau di milestonesnya diperjelas lagi apa yang mau dilakukan
sebenarnya, mungkin HR akan terlibat (misalnya dalam hal recruitment
marketing research yang lebih baik lagi, training, dsb), atau IT
(misalnya dalam menciptakan system yang bisa mendukungnya, menganalisa
lebih cepat dan akurat), atau General Affair (dengan membantu penyediaan
sarana dan prasarana). Wah tiba - tiba menjadi obyektif semua orang ya?

Well, mungkin ini pemikiran sederhana saja, mungkin tidak berguna juga.
Tapi paling tidak ini satu hal yang terpikir olehku. "The devil is in
the detail" - disini bermakna ganda, baik bermakna kalau terlalu detil
akan menjadi kompleks dan tidak berguna. Atau juga berarti kalau tidak
detil maka akan sulit pula dimengerti dan dilaksanakan. Adios........

No comments: