Fortunately one of my pictures won the contest (I get HP printer for this hehe). Below is the winner picture :
Since I'm not familiar with Nikon body + time is so limited to study it + it's a very low light condition = the picture is not perfect :)
Life is short....let's share our thought
Aku baru saja menonton film Laskar Pelangi kemarin sore. Rencananya Sabtu sebenarnya, tapi ngurusin rumah kesana kemari alhasil ga jadi. So, dibulatkan tekadnya untuk nonton di Blitz Mall of Indonesia kemaren sore. Sendirian karena udah banyak yang cuti lebaran, tapi ga papa ‘secara’ gue kan introvert, so jalan terus kalau ada maunya.
About the Movie
Sejak membaca bukunya aku sudah terpikat dengan kisah Laskar Pelangi ini. Bagiku pendidikan adalah salah satu passion-ku. Mungkin karena aku sendiri sangat suka belajar dan sekolah sebenarnya. Mungkin juga karena aku prihatin dengan kondisi pendidikan di Indonesia. So, membaca kisah laskar pelangi bak menemukan perenungan bagiku. Aku suka sekali dengan tokoh Lintang, tokoh favoritku. Sedih rasanya melihat anak secerdas itu terpinggirkan oleh system sosial dan kemiskinan yang ada. What a waste. Andai aku disana saat itu ingin rasanya menyekolahkan Lintang dengan benar.
Film ini sendiri durasinya cukup panjang, hampir 2,5 jam rasanya. Film ini terasa sangat lengkap. Sinematografinya bagus, gambarnya indah, anglenya bagus, emosinya dapat. Lengkap dengan tawa dan tangisan. Benar – benar film yang sangat bagus menurutku, sama indahnya dengan film serupa tentang anak Irian (lupa judul film-nya). Sepanjang film ini beberapa kali aku tertawa ngakak karena ulah si Ikal, Lintang, Mahar dan teman – temannya. Very entertaining. Tapi di beberapa bagian film aku juga hampir menangis melihat adegan-adegan dimana pendidikan diperjuangkan dan kandas. Pesan moral yang disampaikan juga sangat lengkap dan berbobot. So singkat kata film ini luar biasa.
Ada banyak hal yang aku pelajari dalam film ini. Salah satu yang masih terngiang di telingaku adalah ungkapan dari guru Laskar Pelangi (Pak Arfan gitu namanya? Pikun deh kalau soal nama). Dia bilang begini waktu mengajar anak-anak itu “Hiduplah dengan berusaha memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyaknya”. Betapa dalam kehidupan kita dalam banyak kesempatan kita lebih memikirkan bagaimana mendapatkan lebih banyak. Betapa banyak waktu hidup kita (termasuk aku) yang dihabiskan untuk memikirkan saya dapat apa ya. Betapa sia sia-nya hidup kita kalau kita pikirkan kembali. Ini selaras dengan apa yang ayahku pernah pesankan “Kamu diberi banyak agar kamu dapat memberi lebih banyak lagi”. Hidup dengan member, pesan moral pertama.
Pesan moral yang kedua juga datang dari guru Laskar Pelangi – Pak Arfan. “Jangan pernah menyerah”. Melihat semangat dan perjuangan anak-anak Laskar Pelangi terasa motivasi dan dorongan batin yang luar biasa. Aku terharu melihat mereka memperjuangkan kelangsungan sekolah mereka saat Pak Arfan meninggal. Aku tersentuh saat mereka dengan semangat luar biasa terus belajar dan sekolah walau tidak ada guru yang datang. Demikianlah seharusnya mental anak – anak bangsa ini terhadap pendidikan. Terharu rasanya melihat semangat mereka, ingin rasanya menularkan semua perasaan ini ke lebih banyak orang.
Pesan moral ketiga, hidup ini tidak adil apabila kita merasakannya sebagai tidak adil. Lihat Lintang, apakah ada yang merasa hidup lebih tidak adil dibandingkan dia? Bayangkan anak yang sangat cerdas, sangat berdedikasi terhadap pendidikan, harus putus sekolah (mending kalau putus SMP, SMA atau kuliah – ini putus SD). Tidak hanya putus sekolah, dia kehilangan ayahnya (dan ibunya), hidup yatim piatu dan harus menyokong hidup ketiga adiknya. Anak sekecil itu harus bergulat dengan sulitnya mencari nafkah. Aku sendiri miris melihatnya. Ingin rasanya membantunya sekolah lagi, dst. Tapi di dalam segala kesulitan itu apa yang Lintang kecil lakukan? Tegar, tidak menyerah, tidak pernah menyerah. Semangatnya untuk belajar ia lanjutkan ke anaknya, dia boleh putus sekolah tapi anaknya tidak. Hidup terasa tidak adil, hidup terasa menyedihkan hanya apabila kita terus melihat ke atas. Hanya apabila kita tidak mensyukuri apa yang kita sudah miliki.
Banyak lagi pesan moral dan ilmu yang aku dapat dari menonton film ini. Aku ingin semangat belajar mereka menginsipirasi banyak orang. Aku ingin berbagi lebih banyak lagi dalam hal pendidikan buat kaum marginal. Semoga kelak keinginanku untuk berbagi ini dibukakan jalan.
Pesan terakhir : baca bukunya, tonton filmnya, sebarkan pesan bahwa semua lapisan di masyarakat kita sudah layaknya tidak termarginalkan dan memperoleh pendidikan yang layak. Apalagi untuk mereka yang memiliki keinginan belajar sedemikian kuatnya.
Another interesting tips dari Renee suhardono, dia bilang bahwa kita sering mengkritik boss maupun bawahan kita. Baik dari segi performance, attitude maupun komitmen. Sounds familiar ya, dan manusia memang lebih sulit melihat hal baik daripada hal buruk.
But you know what untuk jadi seorang boss yg baik kita salah satunya bisa belajar dari buku "from good to great" karya jim collins. Disini dikatakan bahwa pemimpin yg baik adalah yg mau melihat ke jendela. Ketika something great happens maka berkata "Saya beruntung memiliki tim yg baik". Tapi dikala something wrong happens maka berkata "This is my responsibilities".
Untuk menjadi great leader maka langkah awalnya adalah menjadi great individual. Artinya bagi saya menjadi orang yang alih alih melihat kaca dan terus melihat hal buruk dari orang lain menjadi orang yang melihat jendela. Orang yang punya kemampuan dan tanggung jawab tapi juga kesederhanaan hati dan kerendahan hati. Karena seorang individu yang hebat kelak suatu hari pasti kan menjadi leader yang hebat pula.
@MotoQ9h
Pic of the Day |
Click on it to enlarge |
![]() |
Offered by www.whatatop.com |